Acara Vesak Festival di Tunjungan Plaza Surabaya dihadiri dan dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (Foto: Pemkot Surabaya)
Kota Surabaya, serayunusantara.com – Young Buddhist Association (YBA) Indonesia menggelar Vesak Festival di Tunjungan Plaza Surabaya, Rabu (31/5/2023). Acara itu dihadiri dan dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama tamu undangan lainnya. Acara yang mengangkat tema “Harmony in the Middle Way” itu diyakini bisa semakin menguatkan Kota Surabaya sebagai kota toleransi.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Eri menyampaikan terimakasih banyak kepada Young Buddhist Association yang telah menggelar acara yang dinilainya sangat luar biasa ini. Sebab, yang menggelar acara itu adalah para anak muda buddhis bersatu dan bersama-sama dalam menjaga toleransi.
“Ini sangat luar biasa, Young Buddhist Association terus bergerak dalam menjaga toleransi, menjaga kebajikan-kebajikan di Kota Surabaya ini. Jadi, ini yang menggelar semuanya anak muda dan kita-kita ini hanya diundang. Jadi, ini semakin menguatkan Surabaya sebagai kota toleransi, karena di sini kekuatan itu sudah muncul,” kata Wali Kota Eri seusai acara.
Oleh karena itu, ia juga berharap Young Buddhist Association bisa terus bergerak ke depannya. Bahkan, ia juga berharap para pemuda islam, pemuda kristen dan para pemuda dari agama lainnya ikut bergerak untuk bersama-sama menjaga toleransi di Kota Pahlawan ini. “Kalau semua anak mudanya bergerak, pasti ini sangat luar biasa, seperti yang selalu saya katakan 1 pemuda bergerak maka dunia ini bisa diubah menjadi lebih baik,” katanya.
Sementara itu, Ketua Acara Vesak Festival William Vijadhammo mengatakan Vesak Festival yang akan dilaksanakan pada tanggal 31 Mei hingga 4 Juni 2023 ini adalah sebuah perayaan hari Trisuci Waisak yang diadakan setiap tahun di area public. Tujuannya untuk memperkenalkan nilai-nilai universal ajaran Buddhis kepada masyarakat umum serta menjadi sebuah ajang selebrasi dan apresiasi terhadap Buddha Dharma, dan acara ini rutin digelar oleh Young Buddhist Association.
Baca Juga: Antusias Kembali ke Kota Kelahiran Kakek
Khusus tahun ini, pihaknya mengangkat “Harmony in the Middle Way”. Sebab, kegiatan ini ingin mengajak seluruh warga Surabaya dan sekitarnya agar dapat hidup harmonis secara seimbang di tengah perbedaan yang ada. Tahun ini, Vesak Festival menampilkan nilai universal Buddhis untuk diperkenalkan kepada masyarakat umum, dengan diorama menarik.
Ia mencontohkan diorama kelahiran calon Buddha dengan tradisi China, Giant Buddha dengan tradisi Helenistik Yunani setinggi 12,3 meter, diorama Buddha Parinibbana, Relief Gandavyuha dan Lalitavistara pada Candi Borobudur, Tree of Harmony, dan Pilar Ashoka dengan tradisi India. Selain itu, terdapat beberapa instalasi interaktif seperti Roulete Dharma berupa spinning wheel dan Wishing Tree sebagai tempat pengunjung menuliskan harapan mereka hidup harmonis.
“Yang paling membanggakan, dalam acara ini kami berhasil memecahkan rekor muri rupang Buddha tertinggi di dalam gedung se-Indonesia, tingginya mencapai 12,3 meter. Tadi sudah divalidasi juga oleh notaris dan akhirnya berhasil memecahkan rekor muri,” katanya.
Di samping itu, pengunjung juga akan disuguhkan dengan beragam penampilan menarik yang mencerminkan moderasi dalam kemajemukan Indonesia, mulai dari tari tradisional asal Jawa Timur, pagelaran angklung interaktif khas Jawa Barat, Tari Sufi khas Timur Tengah (Turki), Wayang Potehi dan barongsai dari China, hingga penampilan dari vihara-vihara di area Surabaya.
“Jadi, Vesak Festival menghadirkan indahnya keberagaman melalui berbagai rangkaian kegiatan dimulai dari forum dialog antar agama, workshop kearifan lokal, puja relik dari berbagai aliran, melakukan persembahan kepada Sangha yang disebut dengan Sanghadana, hingga perayaan Waisak,” katanya.
Baca Juga: Surabaya Tak Masuk Daftar Smart City Versi IMD, Wali Kota Eri: Tergantung yang Nilai
Tidak hanya pagelaran seni, dalam menyuarakan semangat moderasi, Vesak Festival berkolaborasi dengan Gusdurian menyelenggarakan lomba fotografi bertemakan “Toleransi Beragama”. Gusdurian merupakan sebuah komunitas penerus pemikiran Gus Dur yang berfokus pada isu-isu kebangsaan, pendidikan, dan ekonomi rakyat. Melalui Gusdurian, sebesar 50 persen hadiah yang diberikan kepada pemenang akan disumbangkan kepada para korban intoleransi agama.
“Dengan mengedepankan nilai-nilai universal yang dapat diterima oleh masyarakat luas, maka festival ini akan menjadi platform terbuka kolaborasi lintas agama dan budaya. Besar harapan kami kegiatan ini turut andil dalam menjalin toleransi persaudaraan di tengah perbedaan khususnya warga Surabaya dan sekitarnya dalam tujuan besar membawa kebahagiaan dan kedamaian yang menyatukan umat beragama di Indonesia,” pungkasnya.***