Bendungan SerbagunaWonogiri (Foto: Kementerian ATR/BPN)
Solo, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ATR/BPN, Sebagai implementasi amanat Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam rangka mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) terus mendorong pemerintah daerah untuk dapat menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang terintegrasi dengan KLHS, salah satunya dengan menyelenggarakan Konsultasi Publik II dalam rangka pembahasan Penyepakatan Ketentuan Pemanfaatan Ruang, Rekomendasi Pemanfaatan KRP dan Hasil Integrasi KLHS dalam RDTR, bertempat di Solo Paragon Hotel Kota Solo (20/06/2023).
Sebagai upaya untuk mewujudkan ruang yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan norma yang berlaku di masyarakat, dibutuhkan RDTR yang bukan hanya sekedar TOR dan Rencana Anggaran Biaya, namun berupa kumpulan visi dan misi guna menghasilkan peradaban baru khususnya bagi masyarakat Wonogiri di masa depan. “Melalui RDTR ini, pembangunan berkelanjutan dapat terwujud serta keberagaman kondisi sosial dan budaya yang menggambarkan segmen Wonogiri tetap terjaga,” jelas Pelopor.
Bukan hanya itu, lanjut Pelopor, pengembangan kawasan RDTR ini perlu dibarengi dengan konsep rural development. “Hal yang perlu menjadi perhatian adalah Kawasan Karst sebagai kawasan lindung, serta pemanfaatan ruang yang sesuai pada kawasan hutan,” tambahnya.
Senada dengan Pelopor, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Fransiscus Xeverius Pranata mengatakan untuk menciptakan penataan ruang yang baik, perlu didiskusikan isu strategis yang berkembang dalam penyusunan RDTR. “Perlu mewujudkan Gunung Sewu segmen Wonogiri yang produktif, agar disparitas perekonomian dan tingkat kemiskinan yang tinggi dapat teratasi,” ujar Fransiscus.
Baca Juga: Melalui PPTKH, Bupati Situbondo Bakal Bantu Warga Kayumas dan Kertosari Untuk Sertifikasi Rumah
Menutup diskusi, Fransiscus berharap RDTR Segmen Wonogiri dapat mengembangkan potensi pertanian, industri UMKM, serta pariwisata. Salah satu pariwisata tersebut adalah Museum Karst Indonesia yang merupakan museum karst pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia. “Saya berharap agar kita dapat memformulasikan kebijakan yang berkelanjutan dan bermanfaat untuk Gunung Sewu maupun bagi generasi yang akan datang,” tutup Fransiscus.***