Benteng Vredeburg, Jejak Kolonial di Jantung Malioboro yang Menyimpan Sejarah, Edukasi, dan Misteri Horor

Yogyakarta, serayunusantara.com – Tepat di jantung Kota Yogyakarta, berdiri megah sebuah bangunan tua yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah Nusantara.

Benteng Vredeburg, yang berlokasi di ujung selatan Jalan Malioboro, bukan hanya ikon bersejarah, tetapi juga destinasi wisata edukatif yang sarat cerita dan misteri.

Dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I atas permintaan Belanda, benteng ini awalnya bernama Rustenburg yang berarti “benteng peristirahatan”.

Namun, setelah sempat roboh akibat gempa pada 1867 dan dibangun kembali, namanya berubah menjadi Vredeburg — yang berarti “benteng perdamaian”. Ironisnya, “perdamaian” itu justru menyimpan sejarah pengawasan dan pengendalian kekuasaan Belanda terhadap Keraton Yogyakarta kala itu.

Kini, Benteng Vredeburg menjadi salah satu destinasi wisata sejarah paling ramai di Yogyakarta. Museum di dalamnya menampilkan diorama perjuangan bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga kemerdekaan.

Baca Juga: Taman Rekreasi Kebon Rojo, Ruang Hijau Bersejarah di Jantung Kota Blitar yang Tetap Jadi Favorit Warga

Setiap ruang pameran dilengkapi teknologi multimedia yang memudahkan pengunjung memahami perjalanan sejarah secara interaktif.

“Banyak pelajar dan mahasiswa datang untuk belajar tentang sejarah perjuangan bangsa. Kami ingin generasi muda tidak hanya sekadar tahu, tetapi juga merasakan atmosfer perjuangan,” ujar salah satu pemandu wisata Benteng Vredeburg, kepada SerayuNusantara.com, Senin (20/10/2025).

Selain nilai edukatifnya, kawasan ini juga menjadi ruang publik favorit. Setiap malam, suasana sekitar benteng terasa hidup dengan pertunjukan seni jalanan, kuliner kaki lima, dan deretan becak wisata yang menawarkan tur malam Malioboro.

Namun di balik kemegahannya, Benteng Vredeburg juga menyimpan cerita-cerita mistis yang beredar di kalangan masyarakat dan penjaga malam. Beberapa saksi mengaku sering mendengar suara langkah kaki prajurit di lorong benteng, padahal area sudah tertutup untuk pengunjung.

“Kadang terdengar seperti barisan tentara sedang berjalan malam-malam, lengkap dengan suara sepatu dan senjata. Tapi saat dicek, tidak ada siapa-siapa,” ungkap salah satu petugas keamanan yang enggan disebutkan namanya.

Menurut cerita warga sekitar, sebagian area benteng dulunya digunakan sebagai tempat penahanan dan interogasi pejuang kemerdekaan. Tak heran jika suasana mencekam masih terasa terutama di ruang bawah tanah dan sudut-sudut gelap benteng.

Meski banyak kisah mistis yang beredar, keberadaan Benteng Vredeburg tetap menjadi aset berharga bagi Yogyakarta.

Dengan nilai sejarah, potensi wisata edukatif, dan kisah mistis yang melekat, Benteng Vredeburg menjadi paket lengkap bagi siapa pun yang ingin menyelami sisi lain Yogyakarta — kota yang tak pernah lepas dari sejarah, budaya, dan misterinya.(FAK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *