Blitar, serayunusantara.com – Apa yang dilakukan oleh Ida Winarsih nampaknya di luar dugaan banyak orang. Di saat orang-orang menjadikan rumah megah sebagai tempat tinggal, tidak demikian dengan perempuan tersebut.
Ida memilih menjadikan rumah megah dan seisinya sebagai angkringan. Dia memberi nama tempat jualannya tersebut dengan nama Angkringan Nakula.
Sesuai namanya, angkringan itu terletak di Jalan Nakula, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
Ida mengaku, awal mulanya, sebelum menjadi angkringan, rumah miliknya memang tidak terpakai. Tidak ada satupun orang yang menghuni.
Perempuan yang juga berjualan pakaian di pasar itu bersama keluarganya lebih memilih tinggal di rumahnya yang lain. Dia merasa lebih nyaman di rumahnya yang lama.
Perempuan 40 tahun itu mengaku juga bingung memfungsikan rumah megahnya agar tetap berfungsi meskipun dirinya tidak menetap di rumah yang berlantai dua tersebut.
“Bingung mau dibuat apa, ya?” katanya, Minggu (15/1/2023).
Baca Juga: Unik! Mahasiswa Unisba Blitar Minta Rambut Gimbalnya Dipotong Rektor
Karena rumah yang dibangun 2019 itu berukuran besar, Ida terkadang kebingungan saat membersihkan rumahnya sendirian. Sehingga harus memerlukan bantuan orang lain.
Ida melanjutkan, akhirnya dia memilih memfungsikan rumahnya sebagai tempat senam bersam kerabatnya. Itu dilakukannya selama beberapa bulan.
Kemudian, kata dia, kerabatnya mengaku bingung usai senam di tempat tersebut., karena tidak ada hidangan sama sekali yang bisa disantap usia senam.
“Akhirnya saya berinisiatif membikinkan kopi yang dihidangkan kepada ibu-ibu yang senam. Setelah itu juga ditambah dengan berbagai menu yang lain untuk dihidangkan kepada ibu-ibu senam,” lanjutnya.
Setelah itu, ujar Ida, dia mulai membuat angkringan itu yang dibuka untuk seluruh masyarakat. Angkringan itu mulai dibuka sekitar awal 2022.
“Konsepnya memang dibuat agar rumah itu sebagai tempat tongkrongan biasa. Jadi bukan sebagai resto yang mewah,” ujarnya.
Dari menu yang disajikan harganya juga tergolong murah, sehingga ramah kantong masyarakat menengah ke bawah.
Misalnya menu kopi: kopi susu, kopi hitam, kopi moccacino, kopi robusta, kopi gula aren, dan kopi jahe geprek yang semuanya dihargai Rp 5 ribu.
Sedangkan untuk makanannya: ayam bakar, ayam goreng, putih bakar, tahu tempe telur, dan ayam geprek dibandrol dengan harga Rp 10 ribu.
Sementara itu, menu sundukan harganya rata-rata seharga Rp 3 ribu. Misalnya sate usus, telur puyuh, ampela ati, kepala ayam, kikil.
Bahkan ada juga yang harganya Rp 2 ribu, yakni menu sosis, nugget, cilot, ceker ayam, sate tahu, sempol, dan tempura.
Ida menyebut, melalui angkringan yang dibuat di rumah itu agar masyarakat menengah ke bawah tetap bisa berkunjung tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.
“Biar semua masyarakat bisa berkunjung, gak yang masyarakat kalangan atas tok,” ungkapnya. (ruf)