Blitar, serayunusantara.com — Ada fenomena baru yang diam-diam tumbuh subur di Kota Blitar: layanan laundry ekspres dengan paket “sak ndang rampung” 5 kilogram.
Tarifnya ramah di dompet, hanya sekitar 18–20 ribu rupiah per sekali cuci. Murah? Jelas. Cepat? Apalagi. Tapi soal kualitas? Nah… ini yang mulai jadi bahan obrolan para pelanggan, termasuk yang baru sadar kalau baju bersih itu ternyata konsep yang relatif.
Laundry ekspres model paket 5 kg ini punya pola kerja yang lumayan sederhana: semua baju masuk, mesin jalan, bilas kilat, setrika secepat angin. Tujuannya hanya satu—barang masuk jam segini, keluar ya harus segera.
Cocok untuk mahasiswa, pekerja kantoran, atau siapa pun yang hidup berdampingan dengan deadline cucian.
Masalahnya, semakin cepat cucian keluar, semakin banyak detail yang kelewat. Kadang masih ada noda samar yang sepertinya diajak kompromi oleh detergen, lipatan yang mirip hasil eksperimen origami gagal, sampai wangi yang tidak terlalu wangi tapi juga tidak terlalu salah.
Baca Juga: Tukang Laundry di Blitar Keluhkan Cuaca Tak Menentu, Pesanan Menumpuk
Sekadar cukup untuk membuat baju tampak hidup kembali, tapi tidak sampai membuatnya merasa terlahir kembali.
Di sisi lain, laundry rumahan masih setia pada prinsip klasik: sabar itu bagian dari pelayanan. Hasilnya memang cenderung lebih rapi, lebih bersih, dan lebih wangi.
Tapi ya, harus ikhlas menunggu 1–2 hari. Ini bukan sekadar laundry, ini komitmen jangka pendek. Pelanggan yang butuh baju untuk acara mendadak jelas tidak bisa berharap banyak.
Di sinilah pilihan hidup muncul: mau cepat tapi kurang maksimal, atau maksimal tapi tidak cepat?
Reyda Hafis, salah satu pelanggan yang sudah mencoba dua-duanya, menceritakan pengalamannya dengan nada pasrah sekaligus jenaka.
“Laundry ekspres itu ibarat hubungan yang serba cepat: praktis, tapi kadang bikin kamu meragukan pilihanmu sendiri,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Tapi ya gimana, kalau dikejar waktu ya itu solusi. Cuma kalau mau yang bener-bener bersih, aku tetap balik ke laundry rumahan. Rasanya lebih tenang.”
Fenomena ini menunjukkan bahwa kota kecil seperti Blitar pun sedang bergerak mengikuti ritme hidup yang makin cepat.
Semua orang ingin praktis, ingin efisien, ingin selesai hari ini juga. Tapi pada akhirnya, urusan laundry mengajarkan satu hal: kecepatan dan ketelitian jarang bisa berjalan akur.
Entah nanti model laundry ekspres ini berkembang jadi lebih rapi, atau laundry rumahan bikin versi kilat dengan hasil tetap kinclong—yang jelas, pelanggan hari ini sudah semakin cerdas memilih layanan, bahkan untuk hal sederhana seperti mencuci baju.
Dan siapa tahu, beberapa tahun lagi ada inovasi baru: laundry yang cepat, murah, bersih, rapi, wangi, dan tidak bikin waswas. Mimpi memang gratis. Tapi setidaknya cucian tetap jalan. (Serayu)













