Blitar, serayunusantara.com — Selain membahas pangan, jurnalis investigasi Dandhy Dwi Laksono juga menyentuh isu krusial mengenai sektor kelautan dan energi dalam diskusi di Ponggok, Selasa (23/12/2025).
Dandhy menyoroti ketimpangan kebijakan di wilayah pesisir selatan, termasuk Blitar, di mana proyek-proyek atas nama “ketahanan energi” seringkali justru merampas ruang hidup nelayan tradisional.
Menurutnya, transisi energi di Indonesia masih banyak yang terjebak dalam praktik ekstraktif yang merusak lingkungan.
Dandhy menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur energi yang tidak memperhitungkan ekosistem laut akan berimplikasi pada hilangnya wilayah tangkap nelayan.
Ia mengkritik narasi pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan kelestarian laut selatan.
Baca Juga: Dandhy Dwi Laksono Hadir di Ponggok Blitar, Bedah Buku “Reset Indonesia”
“Reset Indonesia berarti kita harus melihat nelayan bukan sebagai objek pembangunan, tapi sebagai penjaga kedaulatan laut,” ujar pria di balik film dokumenter Sexy Killers tersebut.
Ia juga mengajak masyarakat Blitar untuk lebih kritis terhadap proyek-proyek energi yang masuk ke wilayah pesisir.
Dandhy mendorong adanya transisi energi yang berbasis komunitas, di mana warga lokal memiliki kendali atas sumber energinya sendiri tanpa harus merusak alam.
Statemen ini menjadi penutup yang reflektif, mengingatkan audiens bahwa kelestarian alam dan kesejahteraan nelayan adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam agenda pembangunan nasional di masa depan. (Fis/Serayu)













