(Foto: Kementerian ESDM RI)
Dubai, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Saat ini tengah terjadi perubahan global menuju energi bersih dan berkelanjutan. Negara-negara di dunia diharapkan untuk menentukan strategi efektif untuk mencapai tujuan kebijakan energi dan iklim, dengan berfokus salah satunya pada potensi pemanfaatan hidrogen. Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada Fast and Fair Renewables and Green Hydrogen Reception di sela-sela penyelenggaraan COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Transisi energi memerlukan transformasi menuju paradigma nol emisi, yakni peralihan dari produksi dan konsumsi energi berbasis fosil ke sumber energi terbarukan. Hidrogen menjadi salah satu “media energi” dengan nol karbon dan saat ini sedang dipertimbangkan secara serius untuk diterapkan dalam transportasi rendah karbon, dekarbonisasi industri, dan pembangkit.
“Menyadari besarnya potensi EBT, Indonesia berharap hidrogen dapat memainkan peran penting dalam transisi energi dan memberikan kontribusi signifikan terhadap peta jalan menuju netralitas karbon pada tahun 2060,” ujar Arifin, Senin (4/12) waktu setempat.
Dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 atau lebih cepat, Pemerintah telah memasukkan pemanfaatan hidrogen untuk transportasi, dimulai tahun 2031, dan untuk sektor industri pada 2041. Pemerintah juga telah mengembangkan Strategi Hidrogen Nasional untuk memposisikan hidrogen sebagai kontributor penting dalam transisi energi.
Baca Juga: Menteri ESDM: Kolaborasi Jadi Kunci Transisi Energi
“Strategi Hidrogen Nasional berfungsi sebagai pedoman dalam menentukan pemanfaatan hidrogen di Indonesia. Termasuk pemanfaatan saat ini, arah dan tujuan pengembangannya, serta rencana aksi yang diperlukan untuk pengembangan hidrogen di Indonesia. Dokumen ini merupakan dokumen hidup, yang terus diperbarui dan direvisi, sehingga selaras dengan perubahan kebijakan dan prioritas Pemerintah,” jelas Arifin.
Melalui pemanfaatan hidrogen ini, Indonesia menargetkan tiga hasil yang strategis, yakni mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kemudian mencapai target dekarbonisasi dengan mengembangkan pasar hidrogen dalam negeri, serta mengekspor hidrogen dan turunannya ke pasar global untuk mencapai tujuan dekarbonisasi.
“Untuk itu, perlu dirancang regulasi yang jelas untuk mendorong pertumbuhan pasar hidrogen rendah karbon. Ini akan memberikan kepastian dan stabilitas kepada pelaku industri dan investor, serta memastikan persaingan yang sehat dan mencegah distorsi pasar. Indonesia juga berpeluang menjadi hub pasar global, karena berbentuk negara kepulauan,” imbuh Arifin.
Indonesia memiliki potensi produksi hidrogen yang signifikan melalui berbagai teknologi. Dengan potensi energi terbarukan sebesar 3.686 gigawatt, Indonesia memiliki kapasitas untuk memproduksi hidrogen hijau. Indonesia juga memiliki potensi permintaan hidrogen yang besar, mencakup berbagai sektor, termasuk listrik, transportasi, industri, kilang, dan gas kota.
Baca Juga: Gelar Oceanovation, Kementerian ESDM Dukung Inovasi Potensi Energi Wilayah Laut
“Pengembangan hidrogen di Indonesia saat ini berada pada tahap penelitian dan proyek percontohan. PT PLN (Persero) telah mengembangkan 21 lokasi produksi hidrogen hijau sebagai proyek percontohan,” tandasnya.***