Gelar Oceanovation, Kementerian ESDM Dukung Inovasi Potensi Energi Wilayah Laut

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana pada Temu Netizan ke-18 Road to Hari Nusantara 2023: Oceanovation. (Foto: Kementerian ESDM RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Menyambut Peringatan Hari Nusantara 2023, yang puncaknya akan dilaksanakan pada 13 Desember 2023 nanti di Pulau Tidore Maluku Utara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyelenggarakan Temu Netizan ke-18 Road to Hari Nusantara 2023: Oceanovation. Sebuah acara untuk mengingatkan kita kembali lahirnya Deklarasi Djuanda, pemersatu gugusan kepulauan di Indonesia sebagai satu kesatuan utuh yang diajukan pada 13 Desember 1957, 66 tahun lalu.

Temu Netizen kali ini bertema Oceanovation, gabungan dari frasa Ocean and Innovation. Harapannya, melalui acara hari ini akan memberikan semangat berkontribusi, melahirkan ide, gagasan dan inovasi baru untuk mendukung pengembangan kemaritiman nasional.

“Maka dari itu yang diundang adik-adik yang secara usia masih muda, biasanya memiliki inovasi-inovasi, kreativitas, bagaimana kita akan mengisi khususnya dari sektor ESDM untuk memperkuat, untuk mengisi, dan untuk menyukseskan program Pemerintah terkait dengan kemaritiman,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di Kantor Kementerian ESDM, Senin (4/12).

Penyediaan energi menjadi tugas utama Kementerian ESDM, termasuk mengelola sumber energi yang ada di wilayah laut Indonesia dan menunjang kebutuhan sektor lain agar energi tetap mudah dijangkau, meningkatkan akses melintasi, dan mengembangkan ekonomi pulau-pulau terluar di Indonesia.

“Kementerian ESDM terus berupaya menyediakan energi bagi masyarakat dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Wilayah laut Indonesia menyimpan potensi sumber daya ESDM yang besar yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi masyarakat kepulauan,” tandasnya.

Baca Juga: Menteri ESDM Dukung Geng North dan Asap Kido Merah Jadi PSN

Kementerian ESDM melalui Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) mencatat potensi (praktis) energi laut yang dimiliki indonesia sekitar 63 GW, terdiri dari ocean thermal energy conversion/ OTEC (41 GW), energi arus laut (20 GW), dan energi gelombang laut (2 GW). Angka ini belum termasuk potensi tidal waves, offshore wind, seawater floating solar PV, dan energi baru lainnya.

“Laut itu kan ada perbedaan temperatur bisa dibangkitkan menjadi energi. Ada perbedaan tinggi gelombang bisa dipakai untuk energi. Ada juga arus, jadi di laut itu juga (airnya) mengalir. Di Pulau Alor itu kita bisa melihat arus laut demikian besar, seperti melihat sungai. Kalau sudah ada arus, kita pasang turbin, nanti menjadi listrik. Ini yang sekarang Kementerian ESDM sedang rancang untuk kami lakukan pengembangan,” jelas Dadan.

Indonesia bagian timur memiliki potensi pengembangan energi laut, baik arus dan gelombang laut yang terbesar, mendominasi dari 17 titik energi arus laut dan 22 titik potensial energi gelombang laut di seluruh perairan nusantara. Potensi arus laut terbesar berada di Selat Larantuka dan Selat Pantar di NTT, yang kini dijajaki kelayakannya untuk menjadi PLTAL.

Tak hanya itu, pengembangan bioenergi berbasis alga dan mikroalga juga menjadi salah satu primadona dalam penelitian bioenergi, mengingat laut Indonesia memiliki puluhan ribu spesies alga dan mikroalga yang potensial dikembangkan menjadi substitusi sawit untuk memproduksi bioenergi.

“Sekarang barangkali keekonomiannya belum bisa masuk, tetapi kan teknologi dan keekonomiannya terus berjalan, minyak bumi semakin berkurang, emisi juga semakin menjadi concern. Sehingga kita akan bergeser kepada pemanfaatan energi yang emisinya rendah atau emisinya bebas, dan juga ini berkelanjutan,” jelasnya.

Baca Juga: Lapangan Abadi: Harapan Baru Ketahanan Energi dan NZE Indonesia

Kekayaan mineral laut Indonesia juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Beberapa potensi mineral yang tersimpan di dasar laut Indonesia antara lain emas, perak, tembaga, seng, dan timbal, hingga rare earth elements (REE) yang berperan penting dalam menghasilkan produk hilir berteknologi tinggi seperti panel surya dan baterai.

Selain potensi energi terbarukan yang besar, laut juga memegang peran penting dalam penanganan perubahan iklim. Ekosistem Laut Biru yang meliputi hutan mangrove, padang lamun, estuaria dan terumbu karang secara alami menjadi penyerap dan penyimpan karbon, dan diharapkan dapat menyerap 188 juta ton CO2eq pada tahun 2045.

Pemerintah memiliki target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Berdasarkan simulasi yang dilakukan Kementerian ESDM, sektor ESDM masih akan menghasilkan emisi sebesar 129 juta ton CO2.

“Dengan laut bisa menyerap 188 juta ton CO2eq, kita positif bisa memastikan NZE di tahun 2060 tanpa terjadi pengereman dari pertumbuhan ekonomi kita. Indonesia bisa bersaing, kompetitif, dan menjadi negara maju di tahun 2045,” tandasnya.

Potensi Tinggi Pariwisata Tidore

Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang SDM dan Kehumasan Kementerian Perhubungan Adita Irawati menyatakan persiapan gelaran Hari Nusantara 2023 sudah dilakukan jauh hari, dan kuncinya adalah kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi dengan para stakeholders dan kepanitiaan.

Baca Juga: Menteri ESDM Resmikan 26 Lembaga Penyalur BBM Satu Harga di Papua dan Maluku

“Dipimpin langsung oleh Bapak Menteri Perhubungan. Banyak yang sudah kita persiapkan, karena kalau bicara Hari Nusantara, dan sekarang memang fokus kepada pengarusutamaan kemaritiman, maka akan banyak fokus persiapan ke sana. Kami melakukan berbagai pembenahan sarana dan prasarana transportasi. Persiapan sampai saat ini semuanya on track,” ujar Adita.

Adita juga tidak memungkiri bahwa dalam persiapan peringatan Hari Nusantara tentu ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan yang pertama adalah membuat masyarakat paham tentang Hari Nusantara, termasuk latar belakang dan tujuannya. Tantangan berikutnya adalah koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tidore dalam melakukan persiapan, utamanya jarak dan perbedaan waktu.

“Yang ketiga adalah sarana dan prasarana untuk konektivitas, masih perlu banyak pembenahan. Karena nanti tentu mobilitas masyarakat akan banyak. Kita harus benahi karena nanti yang akan datang ke Tidore akan jauh lebih banyak, dan ini satu hal yang memang harus diperbaiki untuk mengantisipasi mobilitas yang tinggi,” imbuh Adita.

Tidore terpilih menjadi lokasi Peringatan Hari Nusantara 2023 karena ekspor pertama Cengkeh dari Indonesia dilakukan di Tidore di bulan Desember 1521. Selain itu, Tidore mewakili kawasan Indonesia Timur, yang sebagian besae wilayahnya adalah lautan.

“Kita melihat laut adalah tempat kita menjalin konektivitas agar seluruh kepulauan dan seluruh masyarakat ini bisa tersatukan. Alasan yang ketiga adalah potensi pariwisata dan ekonomi Tidore sangat tinggi. Kotanya sangat indah, jadi potensi pariwisatanya luar biasa dan butuh campur tangan kita semua untuk bisa meningkatkan potensi, menangkap peluang yang ada, dan membantu perekonomian di daerah.

Baca Juga: Hadapi Pemilu 2024, Sekjen ESDM Tekankan Netralitas ASN

Dadan pun berharap peringatan Hari Nusantara tahun ini menjadi momentum pengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan berbagai sumber dayanya.

“Rasa bangga yang harus diwujudkan dengan aksi nyata dalam mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan demi masa yang akan datang. Mari bersama-sama terus menggaungkan peringatan Hari Nusantara, hingga terlaksananya Puncak Hari Nusantara tanggal 13 Desember 2023 di Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara,” pungkas Dadan.

Pada puncak peringatan Hari Nusantara 13 Desember 2023 di Tidore nanti, Presiden Jokowi direncanakan akan meresmikan PLTS Terpusat 40 kWp di Desa Belo, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Ini menunjukkan program elektrifikasi pro rakyat terus digulirkan, melalui pembangunan PLTS Terpusat, PLTM/PLTMH, program LTSHE, PJU-TS, serta SPEL/APDAL berbasis tenaga surya, untuk memberikan akses listrik yang lebih baik.

Temu Netizen ke-18 Road to Hari Nusantara 2023: Oceanovation dihadiri narasumber Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang SDM dan Kehumasan Kementerian Perhubungan Adita Irawati, Direktur Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengaduan Khusus LKPP Shahandra Hanitiyo, Penyelidik Bumi Kementerian ESDM Ai Yuningsih, dan Aktivis Lingkungan Marshall Sastra.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *