Tanaman kopi yang sudah berbuah. (Foto: Unsplash/Deco Kogoya)
Blitar, serayunusantara.com – Meningkatnya produksi kopi di Bumi Penataran harus disikapi dengan bijak. Harus ada strategi jitu agar peningkatan produksi harus selaras dengan pengenalan kopi kepada pihak luar.
Kalau mengutip dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, dari tahun 2020 ke 2021 saja produksi kopi di Kabupaten Blitar mengalami kenaikan. Meskipun tidak terlalu besar, yakni dari 3.848 ton menjadi 3.857 ton.
Sedangkan, dilansir dari laman Pemkab Blitar, potensi tanaman kopi di Kabupaten Blitar tersebar dibeberapa wilayah antara lain: Nglegok, Garum, Gandusari, Wlingi, Selorejo, dan Doko.
Sebaran ini juga ditunjukkan dengan adanya 17 Perkebunan Besar yang ada saat ini, di mana 14 diantaranya HGU diperuntukkan untuk tanaman kopi. Luas areal tanaman kopi didaerah ini sekitar 3.764 hektar, diantaranya 2.204 hektar perkebunan besar, 1.560 hektar perkebunan rakyat.
Baca Juga: DKPP Gelar Pembekalan Ihwal Human Capital Development Bagi Penyuluh Pertanian di Kabupaten Blitar
Oleh karena itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar terus mengatur strategi untuk membantu petani dalam meningkatkan harga dan mengenalkan kopi di Bumi Penataran kepada pihak luar.
“Jadi untuk mempromosikan hasil biji kopinya, baik di acara-acara pada level nasional maupun internasional,” kata Kabid Perkebunan DKPP Kabupaten Blitar, Lukas Supriyatno, Senin (20/11/2023).
Selain melalui promosi, DKPP Kabupaten Blitar akan selalu hadir mendampingi petani agar tidak kesulitan dalam berbudidaya kopi maupun memasarkan ke pihak luar.
Lukas memberikan contoh kegiatan yang bisa dimaksimalkan petani kopi, misalnya ikut serta ke dalam komunitas di acara Tembakau Kopi Fest 2023 di Alun-alun Kanigoro beberapa waktu lalu.
“Di Blitar ini ada varietas-varietas unggulan, varietas itu bisa dijadikan unggulan dari Kabupaten Blitar,” ujarnya.
Baca Juga: DKPP Kabupaten Blitar Gelar Pembekalan Karir Jabatan Penyuluh Pertanian
Meskipun begitu, lanjut Lukas, hanya ada dua varietas yang memiliki kelayakan setelah dilakukan uji laboratorium, yakni Arbilest dan Pawoni.
“Keduanya kini terkenal di Kanada, Taiwan dan Hongkong. Tetapi masih dalam jumlah yang relatif rendah,” kata Lukas.
Lebih lanjut, agar kualitas dan kuantitas kopi di Kabupaten Blitar tetap terjaga, pihaknya kini bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk melakukan pendampingan kepada para petani.
Selain itu, pihaknya juga telah memperluas area lahan pertanian kopi di wilayah kabupaten Blitar utara seluas 150 hektar untuk pengembangan.
“Sedangkan terkait masalah permodalan petani, kita sudah memfasilitasinya dari Bank Indonesia (BI),” ungkapnya. (adv)