Mahasiswa saat mengolah media tanam untuk polybag.(Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)
Blitar, serayunusantara.com – Minat anak muda di Indonesia untuk terjun di dunia pertanian sangat rendah. Padahal pertanian merupakan sektor utama untuk menunjang ketahanan pangan di tanah air.
Berdasarkan data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (Badan PPSDMP) Kementan pada 2020, petani usia 20 sampai 39 tahun hanya sebesar 2,7 juta dari total petani 33,4 juta. Sebanyak 61 persen petani di Indonesia berusia di atas 45 tahun.
Melihat fakta tersebut diperlukan berbagai upaya dan dorongan agar anak-anak muda bisa tertarik bergelut di dunia pertanian. Terlebih kebanyakan petani di Indonesia sudah berusia lanjut, yang membutuhkan generasi penerus.
Sedikitnya minta anak muda bergelut di dunia pertanian ditanggapi dengan serius oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar. Mereka terus mendorong agar muda di Bumi Penataran termotivasi untuk menjadi seorang petani.
Kepala DKPP Kabupaten Blitar Toha Mashuri bahkan mendorong para anak muda untuk menjadi garda terdepan dalam membangun pertanian di Bumi Penataran. Anak muda memiliki pemikiran yang segar, serta memiliki banyak inovasi untuk memperbarui dunia pertanian.
“Tantangannya memang tidak mudah. Apalagi dunia pertanian ini terlanjur diidentikkan dengan bekerja di tempat panas-panasan, kotor, dan membutuhkan tenaga ekstra untuk bekerja,” katanya, Senin, 6 Mei 2024.
Baca Juga: Berikut Potensi dan Unggulan Bidang Perkebunan di Kabupaten Blitar
Menurutnya, dunia pertanian saat sudah semakin maju. Itu bisa dilihat dari semakin pesatnya penggunaan teknologi untuk proses budidaya maupun pengolahan pasca panen. Sehingga cara-cara konvensional sudah mulai ditinggalkan dan diganti dengan teknologi.
“Anak-anak muda ini bisa menggunakan metode hidroponik, aquaponik, ataupun simpelnya bertani halaman rumah sendiri. Saya yakin ini lebih kekinian dan tidak harus berpanas-panasan di lahan sawah seperti yang terpikirkan,” ungkapnya.
Toha beserta jajarannya tak pernah luput untuk mensosialisasikan pentingnya anak muda untuk bergelut di dunia pertanian. Sebab, anak muda ini menjadi generasi penerus yang bakal memikul tanggung jawab dari generasi sekarang.
“Jadi kalau ke depan tidak ada yang bertani, terus siapa yang menjadi garda terdepan untuk mengatasi persoalan pangan di tanah air. Ini masalah mendasar yang harus dipikirkan,” ujarnya. (adv)