DKPP Kabupaten Blitar: Petani Punya Peran dalam Urusan Wujudkan Swasembada Pangan

Stok pangan yang ada di gudang pertanian. (Foto: Kementan RI)

Blitar, serayunusantara.com – Kontribusi petani Kabupaten Blitar patut untuk diperhitungkan. Karena berkat kontribusi mereka pangan di tanah air bisa terus tersedia.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar, Toha Mashuri mengatakan, petani di Bumi Penataran punya peran penting dalam mewujudkan ketahanan pangan.

Toha, kini terus mendorong petani agar bisa menciptakan ketahanan pangan atau bias a disebut swasembada pangan. Swasembada pangan cukup penting untuk menjaga ketahanan pangan bagi Negara Indonesia.

Menurutnya, beberapa komoditas harus dijaga guna memenuhi kebutuhan pangan. Sebab, tingkat konsumsi dari masyarakat terhadap komoditas tersebut tergolong tinggi.

“Swasembada pangan yang harus kita jaga adalah padi, jagung, kedelai, juga bawang merah, cabai dan juga komoditas yang lain,” katanya, Rabu, 26 Juni 2024.

Baca Juga: DKPP Kabupaten Punya Cara Antisipasi Dampak Bencana Alam, Siapkan Cadangan Pangan Daerah

Mengambil contoh tanaman padi, dari data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi pada 2022 diperkirakan sebesar 55,67 juta ton GKG. Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 1,25 juta ton GKG atau 2,31 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang jumlahnya sekitar 54,54 juta ton GKG.

Lahan pertanian yang baru mengalami masa panen di Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. (Foto: Unsplash/Muhammad Thoha Ma’ruf)

Lebih lanjut, Toha menjelaskan, komoditas pangan tersebut merupakan pendukung untuk ketahanan pangan. Selain itu, yang tak kalah penting juga untuk menjaga agar tidak terjadi inflasi yang bisa berimbas pada berbagai sektor.

“Jadi kita terus untuk melakukan suatu pemantauan keberadaan tanaman-tanaman ini yang ada di lapangan dan berusaha untuk meningkatkan produktivitas dan penyaluran ataupun pemasarannya,” lanjutnya.

Kemudian, untuk tetap menjaga agar produktivitas tetap terjaga, pihaknya juga meminta kepada petani untuk mengantisipasi kendala-kendala yang bisa mengurangi produktivitas komoditi pertanian. Kemudian juga menyampaikan permasalahan di lapangan kepada para penyuluh pertanian.

“Misalnya perubahan iklim. Sehingga petani perlu pandai untuk bisa memilih komoditas apa saja pada situasi cuaca yang tidak menentu. Ini kan juga perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait. Jadi tidak sampai terjadi salah tanam yang tidak sesuai dengan musim atau iklimnya,” ujarnya. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *