Kemenlu bekerja sama dengan IGC menggelar “Gastronosia: Dari Borobudur untuk Dunia – Perjamuan Shima”, yang merupakan rekonstruksi mahakarya kuliner asli Indonesia Abad VIII – X di era Kerajaan Mataram Kuno (13/12). (Foto: Kemenlu RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Indonesian Gastronomy Community (IGC) menggelar “Gastronosia: Dari Borobudur untuk Dunia – Perjamuan Shima”, yang merupakan rekonstruksi mahakarya kuliner asli Indonesia Abad VIII – X di era Kerajaan Mataram Kuno (13/12). Kegiatan ini merupakan bagian dari Indonesia Gastrodiplomacy Series yang merupakan implementasi kampanye Indonesia Spice Up the World sebagai program prioritas Pemerintah Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Kemlu bekerja sama dengan Indonesian Gastronomy Community, sebuah komunitas non-profit Pecinta Makanan Indonesia yang mempunyai visi sebagai pelestari makanan dan minuman bertekad memperkuat makna Indonesia melalui kuliner anak bangsa. Hal ini untuk menghargai kekayaan makanan dan minuman Indonesia mulai dari nilai sejarah hingga tren masa kini.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu, Siti Nugraha Mauludiah menyambut baik niatan kerja sama tersebut. Beliau mengungkapkan bahwa bagi Indonesia, rempah-rempah bukan sekedar bahan baku. “Setiap rempah membawa sejarah perdagangan dan budaya yang menjadikan Indonesia sebagai jejak rempah dunia.”
Duta Besar India untuk Indonesia, H.E. Sandeep Chakravorty, menyampaikan apresiasi atas jamuan ini dikarenakan rasa yang autentik serta upaya Indonesia untuk melestarikan budaya melalui kuliner. Dubes menyampaikan niatannya untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang gastronomi untuk merayakan 75 tahun hubungan RI-India tahun depan.
Baca Juga: Dorong UMKM Indonesia Go Global, Kemlu-Kemenkeu Selenggarakan Pelatihan EMPRETEC UNCTAD
Ketua Umum IGC menyampaikan bahwa kegiatan ini diusung untuk memperkenalkan sejarah dan perkembangan masakan Indonesia dari masa ke masa yang menghubungkan masakan Indonesia pada masa lampau, saat ini dan di masa depan.
Jamuan menggunakan bahan utama seperti ikan beong dan daging kerbau dengan bawang merah dan jahe sebagai sajian utama. Sebagian besar tamu undangan yang merupakan diplomat asing di Jakarta kagum dengan hidangan yang disajikan.
Acara ini menggandeng Chef Sumartoyo untuk merekonstruksi sajian yang terpahat di relief Candi Borobudur. Upaya rekonstruksi ini sudah berjalan sejak 2017 oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah. Pada akhirnya disimpulkan bahwa makanan yang diangkat dalam perjamuan ini adalah yang dipergunakan pada jamuan upacara penetapan Shima yang menghabiskan 57 karung beras, menyembelih 6 kerbau, dan 100 ekor ayam.
Perjamuan ini menghidangkan berbagai macam makanan seperti Klaka Wagalan (ikan bumbu kuning), Rumwahrumwah (sayur campur). Hidangan utama seperti Rumbah Hadangan Prana (daging cacah kerbau) atau Dudutan (sayur diuap) dengan Sekul Dinyun (nasi dikukus), dan Harang-harang Kyasan (sidat bakar manis) dengan Kwelan Haryyas (sayur batang pisang). Beserta hidangan penutup Dwadal (dodol rasa nangka dan salah). Kegiatan gastrodiplomacy tersebut juga menghadirkan berbagai jenis minuman tradisional Indonesia seperti Kinca (fermentasi asam Jawa) dan Legen (air nira dari pohon siwalan).
Alunan gamelan Jawa dan tampilan para pelayan yang mengenakan pakaian khas Jawa kuno, semakin memperkuat rasa dan pengalaman para tamu menikmati suasana santap malam ala kerajaan Mataram kuno pada masanya. Hal yang mana memberi kesan mendalam kepada semua undangan khusus yang menikmatinya.***