Menteri Sosial Saifullah Yusuf beraudiensi Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia di kantor Kementerian Sosial. (Foto: Kemensos RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemensos RI, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau kerap disapa Gus Ipul beraudiensi Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia di kantor Kementerian Sosial pada Rabu (9/10/024).
Pada audiensi yang membahas tentang tingginya jumlah penyandang disabilitas netra yang masih buta aksara braille tersebut, Gus Ipul mengapresiasi upaya yang telah ditempuh Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia guna meningkatkan literasi dan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas netra.
“Saya bangga ada semangat untuk belajar, semangat untuk maju. Semoga komunitas ini makin berkembang, bisa meningkatkan kapasitas dan kemandirian anggotanya,” ujar Gus Ipul memberikan apresiasi.
Ketua Umum Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia dan Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Yogi Madsuni mengatakan bahwa salah satu prioritas mereka ialah memberantas buta aksara Al Quran bagi penyandang disabilitas netra. Ia memaparkan bahkan di area Bogor pun masih ditemukan penyandang disabilitas netra yang belum bisa membaca titik-titik huruf Braille.
Baca Juga: KPAI Apresiasi Respons Cepat Kemensos Tangani Kasus Rudapaksa di Tangsel
Lebih jauh, Yogi memaparkan pengetahuan akan aksara ini sangat diperlukan untuk mendukung prospek bekerja bagi penyandang disabilitas netra. Selain itu, diperlukan juga pembangunan sumber daya manusia dalam berbagai aspek, misalnya kemampuan menyesuaikan diri dalam era digitalisasi.
“Upaya kami untuk menghadapi tantangan sesuai kemajuan ialah dengan pemberantasan buta braille. Selain itu perlu juga membangun SDM melalui digitalisasi. Kami memerlukan dukungan berbagai pihak, termasuk Kemensos,” tutur Yogi.
Presiden Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia H. Arief Pribadi juga mengungkapkan selama ini masih ada stigma yang memandang disabilitas sebagai beban. Karenanya, selain literasi dan upaya pemberdayaan, diperlukan juga sosialisasi agar penyandang disabilitas diberikan kesempatan yang sama agar mereka bisa berkarya.
“Ada yang sudah bekerja sebagai pegawai, menguasai IT dan lain-lain. Jadi penyandang disabilitas netra ini bisa bekerja tidak hanya sebagai tukang urut, tapi juga bersaing di dunia digitalisasi,” pungkas Arief.
Baca Juga: Gus Mensos: Ke Depan, Pendirian Panti Asuhan Harus Mendapat Persetujuan Warga Sekitar
Dalam audiensi tersebut, Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia juga menyerahkan Buku Yasin dalam aksara braille kepada Gus Ipul. Buku Yasin tersebut merupakan karya penyandang disabilitas netra yang ada di bawah naungan Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia. Selain itu,n mereka juga telah memproduksi Al Quran braille.***