(Foto: Kemenkeu RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkeu RI, Hingga akhir Oktober 2023, pendapatan negara tetap terjaga positif. Namun demikian, diperlukan antisipasi perlambatannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Pendapatan negara mencapai Rp2.240,1 triliun atau 90,9% dari target tahun ini, tumbuh 2,8% dibandingkan tahun lalu. Hal ini terungkap dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi November 2023, pada Jumat (24/11) secara daring.
“Untuk penerimaan pajak Rp1.523,7 triliun, ini artinya 88,7% dari target tahun ini tumbuh 5,3% dari tahun lalu yang sebesar Rp1.446,5 triliun. Pabean dan cukai Rp220,8 triliun atau dalam hal itu tumbuh negatif 13,6% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp255,6 triliun. PNBP kita Rp494,2 triliun tumbuh 3,7%, ini sudah 112% dari target, dan dibandingkan tahun lalu kita masih tumbuh 3,7%,” jelas Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada acara tersebut.
Penerimaan pajak periode Januari hingga Oktober 2023 tumbuh positif terutama didukung kinerja ekonomi yang baik. Kelompok Pajak tumbuh positif kecuali PPh Migas yang mengalami kontraksi akibat moderasi harga minyak bumi dan gas alam. Kinerja penerimaan melambat dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan PPS.
“Bea cukai mengalami tekanan terutama dari bea masuk yang kalau kita lihat di sini mencapai Rp41,4 T itu 87,1% dan tumbuhnya sangat tipis hanya 1,8%,” lanjut Menkeu.
Baca Juga: Masuk Tahun Politik, Menkeu Tegaskan APBN Tetap Fokus Membangun Indonesia
Sementara itu, untuk bea keluar terlihat mengalami kontraksinya sangat dalam. Hal ini karena komoditas komoditas tadi harga mengalami penurunan yang sangat tinggi seperti CPO, tembaga dan bauksit.
“Untuk cukai yang kita terima ada dua komoditas yaitu rokok hasil tembakau dan MMEA. Kalau kita lihat dari rokok, telah terkumpul Rp163,2 triliun, ini artinya 70,2% dari total target tahun ini. Untuk cukai MMEA yaitu minuman mengandung etil alkohol telah tercapai Rp6,3 triliun, ini artinya 72,9% dari APBN. Untuk MMEA ini tumbuh tipis 0,6% dari tahun lalu karena mulai pulihnya industry tourism dan juga produksi dalam negeri,” sambung Menkeu.
Realisasi PNBP telah melebihi target APBN di tengah fluktuasi harga komoditas. Capaian ini utamanya kontribusi dari peningkatan Pendapatan Sumber Daya Alam Nonmigas, Pendapatan Kekayaan Negara Dipisahkan, dan Pendapatan BLU.
“Aktivitas ekonomi domestik tentu dari sisi konsumsi masih cukup baik. Investasi juga mulai membaik. Tapi ekspor dari eksternal, serta impor mengalami kontraksi yang harus kita waspadai. APBN yang tetap on track akan memberikan confidence bagi kita untuk menjaga ekonomi dan juga dari sisi keseluruhan perekonomian dan manajemen policy makro maupun arah kebijakan APBN itu sendiri. Ini yang menjadi salah satu anchor atau jangkar stabilitas yang memang dilihat oleh banyak sekali investor terhadap perekonomian kita,” tukas Menkeu.***