Jatim, serayunusantara.com — Dinas Pendidikan Jawa Timur menetapkan sistem pembelajaran daring untuk tiga wilayah, yakni Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Kebijakan ini diambil menyusul meningkatnya aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan di sejumlah daerah.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, menjelaskan bahwa langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi kondisi keamanan yang kurang kondusif.
“Sementara ini kami petakan dulu. Untuk Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, proses belajar mengajar akan dilaksanakan secara daring,” ujarnya, Minggu (31/8/2025).
Ia menambahkan, cabang dinas pendidikan di masing-masing daerah akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat serta pihak kepolisian guna memantau situasi sekaligus menentukan kebijakan lanjutan bila dibutuhkan.
Baca Juga: Jatim Gelar Rakor Pengendalian Inflasi dan Percepatan Digitalisasi Daerah 2025
Kebijakan ini sejalan dengan rekomendasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur yang menyarankan pelaksanaan Belajar dari Rumah (BDR) pada 1–5 September 2025. Menurut LPA, kondisi sosial-politik yang bergejolak berpotensi mengancam rasa aman dan kenyamanan siswa.
Di tingkat daerah, Pemerintah Kota Surabaya juga telah mengimbau seluruh sekolah jenjang SD dan SMP untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh pada 1–4 September. Imbauan tersebut dikeluarkan guna melindungi kondisi psikologis peserta didik di tengah maraknya kerusuhan.
Diketahui, gelombang aksi massa di Jatim dipicu oleh tewasnya seorang pengemudi ojek online di Surabaya. Kemarahan warga memuncak hingga memicu tindakan anarkis dengan membakar fasilitas umum serta gedung pemerintahan.
Salah satu yang menjadi sasaran adalah Gedung Negara Grahadi di Surabaya pada 29 Agustus malam. Api menghanguskan sejumlah ruangan, termasuk ruang kerja Wakil Gubernur dan ruang pers. Kerusuhan juga merembet ke Kediri, di mana Gedung DPRD Kota dan Kabupaten Kediri ikut dibakar massa setelah terlebih dahulu dijarah.***