Blitar, serayunusantara.com – Nama Kampung Dongki di Kelurahan Kepanjenkidul, Kota Blitar, menyimpan cerita panjang yang jarang diketahui publik.
Dahulu kawasan ini dikenal karena adanya pompa air hidram yang menjadi sarana vital warga pada masa kolonial Belanda.
Kini, meski fisik pompa tersebut telah hilang, Dongki tetap bertahan sebagai salah satu kampung dengan identitas historis yang khas.
Menurut catatan sejarah, istilah Dongki diyakini berasal dari kata Belanda “dokkeren kracht”, yang merujuk pada sistem tekanan air berulang untuk menggerakkan pompa tanpa tenaga listrik.
Pompa ini dahulu menjadi fasilitas penting bagi masyarakat sekitar, sekaligus penanda modernisasi awal di Blitar.
Baca Juga: Punya Peran Vital, DPRD Jatim Dorong Perbaikan Jalan Srono–Muncar Banyuwangi
Namun kini, peninggalan tersebut tidak lagi terlihat, meninggalkan jejak ingatan warga tanpa bukti fisik yang tersisa.
Selain dikenal dengan kisah pompa airnya, Kampung Dongki juga masuk dalam program Kampung Tangguh yang digagas Pemerintah Kota Blitar di masa pandemi COVID-19.
Program ini menitikberatkan pada kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan, kebersihan lingkungan, serta ketahanan sosial dan ekonomi.
Meski begitu, Kampung Dongki menghadapi sejumlah tantangan. Hilangnya fasilitas bersejarah membuat identitas kampung ini kian samar.
Di sisi lain, pelestarian memori sejarah melalui dokumentasi maupun revitalisasi sarana publik juga dinilai penting agar kampung ini tidak kehilangan jejak identitasnya.
Keberadaan kampung ini juga melekat sebagai jalur alternatif bagi pengendara bermotor. Salah satunya Hafizudin, yang biasa melewati jalan ini.
“Hampir setiap hari saya melewati jalan ini untuk menghindari lampu merah di jalan,” kata dia, Rabu, 1 Oktober 2025. (Serayu)








