Sleman, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemensos RI, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan Kementerian Sosial (Kemensos) menargetkan konsep sekolah rakyat akan diselesaikan dan dibangun secepatnya.
“Kalau tuntas perencanaannya. Mudah-mudahan ya, kalau nanti mendapatkan restu presiden, tahun depan bisa dimulai,” kata Gus Ipul saat mengunjungi Joglo Tani di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (17/1/2025).
Joglo Tani merupakan tempat bagi siapa pun yang ingin belajar bertani dan beternak sejak 2008. Joglo Tani mengajarkan praktik ketahanan pangan lewat pemberdayaan.
Gus Ipul memastikan akan mengakomodasi pandangan dari para pakar pendidikan soal sekolah rakyat. Lalu, Kemensos akan mematangkan konsep tersebut.
“Jadi ini (Joglo Tani), salah satu cara kita belajar mengenai praktik-praktik lapangan,” katanya.
Baca Juga: Kemensos Bergerak Cepat, Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Pasuruan Tersalurkan
Ia belum memutuskan soal kemungkinan sekolah rakyat akan mengadopsi kurikulum di Joglo Tani karena masih menerima berbagai masukan. Tapi, ia memastikan Joglo Tani akan menjadi pertimbangan.
“Nanti kan juga ada model-model pemberdayaan yang lain. Tapi ketahanan pangan menjadi salah satu fokus kita. Apalagi menciptakan atau melahirkan, menghadirkan petani milenial,” katanya.
Gus Ipul menjelaskan pelaksanaan sekolah rakyat bisa dilengkapi dengan ekstrakurikuler atau tambahan kurikulum. Diantaranya bertani dan bercocok tanam.
“Itu masih sangat mungkin sekali,” katanya.
Menurutnya, Joglo Tani merupakan contoh yang sangat baik untuk belajar bertani. Apalagi sudah ribuan orang yang belajar bertani dari berbagai kalangan mulai dari siswa SMK, mahasiswa, hingga keluarga yang ingin pensiun.
Baca Juga: Memasuki Tahap Akhir Pemadanan Data, Mensos Pastikan Langsung Kondisi Penerima Bantuan
“Kisah-kisah sukses ini nanti bisa ditularkan oleh anak-anak muda kita. Barangkali salah satunya nanti adalah di sekolah rakyat besok. Nanti kita lihat ada yang sudah dimulai disana,” katanya.
Ia menuturkan model pemberdayaan di Joglo Tani memang sangat praktis. Sehingga, siapa pun bisa belajar langsung tanpa syarat usia.
“Ini sejalan dengan misi-misi Pak Presiden. Jadi kalau kita bisa membangun pertanian ketahanan pangan berbasis keluarga, berbasis komunitas, ya itu kan juga amat sangat baik,” katanya.
Ia juga mendorong Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang memiliki minat untuk berkontribusi dalam bidang ketahanan pangan lewat program pertanian milenial maupun Joglo Tani.
“Kita bisa kerjasama itu,” kata Gus Ipul.
Baca Juga: Resmikan Lumbung Sosial ke-731, Kemensos Gelontorkan Bantuan Kedaruratan Bencana di Indramayu
Menurut Gus Ipul, tantangan dalam dunia pertanian salah satunya soal usia muda yang enggan bertani. “Melihat kenyataan produk-produk mereka tidak dibeli dengan harga semestinya,” katanya.
Ia mengapresiasi pendiri Joglo Tani To Suprapto yang membangkitkan keinginan anak-anak muda agar gemar bertani. Sebab, Indonesia membutuhkan petani milenial muda yang inovatif dengan perkembangan sains dan teknologi.
“Bapak akan dikenang sebagai pejuang ketahanan pangan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Penggagas dan Pembina Joglo Tani, To Suprapto mengatakan Joglo Tani dimulai pada 2008 dengan tujuan ingin petani sejahtera dan bahagia. Mereka sudah menyekolahkan 1.500 orang untuk menjadi sarjana di bidang pertanian dari Aceh hingga Papua.
“Kita cari support dan praktek di lapangan, sehingga jadi anak yang rasional berpikir ilmiah tapi baik di lapangan dan memiliki hasil,” katanya.
Baca Juga: Tingkatkan Kesejahteraan Sosial, Kemensos Sasar 12 PAS
Ia menuturkan Joglo Tani memiliki pengalaman untuk memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan manajemen ekonomi rumah tangga. Indeks penghasilan per orang paling besar sekitar Rp10 juta.
“Apakah bisa menjadi referensi Kemensos, kami siap bantu kurikulum, kami siap kawal program. Kami pelaku praktisi, gelar profesor kami lepas jadi profesi,” kata To.***