Produk belimbing khas Blitar. (Foto: DKPP Kabupaten Blitar)
Blitar, serayunusantara.com – Kabupaten Blitar memiliki komoditas pangan, palawija, maupun holtikultura yang melimpah. Tidak mengherankan apabila Blitar menjadi daerah penyangga pangan nasional.
Tidak hanya itu, berkat kekayaannya itu pula ada beragam olahan makanan yang berasal dari lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Blitar.
Salah satu contohnya ada Kelompok Tani (Poktan) Lumpang Sewu Kecamatan Ponggok yang telah berhasil mengolah limbah atau hasil panen yang kurang baik menjadi Keripik Belimbing.
Hal tersebut terjadi atas Bimbingan langsung dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar serta Bantuan Sarana dan Prasarana program pasca panen dari Kementan RI berupa Bangsal Pengolahan.
Pada awalnya, hasil panen kurang baik atau biasa digolongkan sebagai type c tersebut hanya digunakan untuk konsumsi pribadi atau makanan ternak karena kualitasnya yang kurang menjual di pasaran.
Sub Koordinator Hortikultura DKPP Kabupaten Blitar, Lina Indrayani mengungkapkan bahwa Kecamatan Ponggok merupakan salah satu sentra belimbing terbesar di Jawa Timur, Lahan yang ditanami blimbing hingga saat ini mencapai puluhan ribu hektare.
“Memang minat budidaya belimbing untuk masyarakat di Kecamatan Ponggok ini cukup tinggi. Selain lahan yang mencapai puluhan ribu hektare, di sana juga terdapat beberapa varietas, meliputi filipin, bangkok merah, dan dewi murni,” kata Lina, Sabtu, 20 April 2024.
Baca Juga: Polres Blitar Gelar Halal Bihalal Sebagai Momentum Kebersamaan
Ia juga menjelaskan bahwa di sana setiap panen selalu menghasilkan 3 kualitas yang disebut A, B, dan C. Kualitas A dan B biasanya dikirim keluar kota bahkan luar provinsi.
“Biasanya hasil panen kualitas A dan B dikirim ke luar kota seperti surabaya, semarang, bandung, dan daerah lain yang berada di Pulau Jawa,” ujarnya.
Pihaknya juga menjelaskan bahwa akan sangat disayangkan apabila hasil panen type c kurang bisa diolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, DKPP memberikan pelatihan dan mengusulkan bangsal pengolahan pada Kementan RI sebelum pada akhirnya dibangun tahun 2021.
“Sampai hari ini, kegiatan di sana tetap dan terus meningkat. Dalam arti tidak hanya ada rutinitas pengolahan keripik belimbing. Namun warga juga mulai mengolah keripik nangka dan nanas,” kata Lina. (adv)