Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (24/06). (Foto: Kemenkeu RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkeu RI, Penilaian dari beberapa lembaga pemeringkat internasional telah memberikan assesment positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga, meski berada ditengah proyeksi perekonomian global yang masih dibayangi ketidakpastian akibat tensi geopolitik hingga fragmentasi geoekonomi yang berpengaruh terhadap depresiasi nilai tukar pada banyak negara di seluruh dunia.
Penilaian tersebut selaras dengan perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2024 yang mampu tumbuh kuat pada 5,11 persen (yoy), dengan PMI Manufaktur Indonesia telah berada di level ekspansif selama 33 bulan berturut-turut, diikuti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap tinggi dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tetap tumbuh menunjukkan aktivitas industri dan konsumsi Indonesia masih terjaga baik.
Mengenai hal ini, Presiden Joko Widodo menyampaikan kegembiraannya atas kenaikan peringkat daya saing Indonesia yang signifikan pada tahun 2024. Berdasarkan laporan IMD World Competitiveness tahun 2024, Indonesia kini berada di peringkat 27 dari 67 negara yang dinilai dan mengalami kenaikan signifikan dari peringkat 34 pada tahun 2023. Presiden mengungkapkan bahwa prestasi ini adalah hasil dari upaya bersama dalam memperbaiki sistem pemerintahan, dunia usaha, dan pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk diantaranya pengaruh dari implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.
“Yang patut kita syukuri karena dari sinilah kita tahu di mana kita berada, di posisi mana kita berada. Karena dalam kondisi yang seperti awal tadi yang saya sampaikan, tidak mudah memperbaiki ranking dalam kondisi dunia yang tidak menentu seperti sekarang ini,” ucap Presiden dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (24/06).
Dunia usaha dan bisnis di Indonesia yang makin kompetitif juga turut berkontribusi terhadap peningkatan peringkat daya saing Indonesia. Pada sektor eksternal, neraca perdagangan terus mengalami surplus 49 bulan berturut-turut. Sementara itu, defisit transaksi berjalan dan capital outflow pada investasi portofolio berpotensi meningkat, sebagai dampak dari tekanan ekonomi global terutama kebijakan AS “higher for longer”.
Baca Juga: Menkeu Laporkan Kondisi Ekonomi Terkini dan Penyusunan RAPBN 2025
Kemudian, untuk menjaga nilai tukar Rupiah agar tidak semakin terdepresiasi, akan diterbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) yang nantinya akan disinkronkan dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Untuk itu, Presiden Jokowi juga mengingatkan seluruh jajarannya untuk tetap mencermati kondisi global maupun nasional. Kedua hal tersebut diyakini Presiden dapat berpengaruh terhadap peringkat daya saing Indonesia.
“Artinya apa? Stabilitas politik itu penting, artinya stabilitas mata uang itu penting, artinya peningkatan produktivitas itu penting,” imbuh Presiden.
Di sisi lain, meskipun mengapresiasi kenaikan peringkat tersebut, Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa masih terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Dia menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan sebagai fokus utama ke depan untuk terus meningkatkan daya saing Indonesia.
“Ini yang harus menjadi perhatian kita semuanya agar competitiveness ranking kita setiap tahunnya bisa terus kita perbaiki. Saya kira dua hal, menurut saya kesehatan dan pendidikan, yang perlu menjadi fokus utamanya tentu saja pemerintah ke depan,” tukasnya.***