Kemensos melalui Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta memberikan bantuan Atensi air bersih dan tandon air bersih sebanyak 10 unit di Dukuh Tondowesi, Dusun Klitih, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang Jawa Timur. (Foto: Kemensos RI)
Jombang, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemensos RI, Masalah kekeringan menjadi langganan setiap tahun bagi warga Dukuh Tondowesi, Dusun Klitih, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang Jawa Timur.
Masyarakat terpaksa menggali di antara bebatuan dan kubangan air yang ada di sungai Desa setempat yang sudah mengering.
Warga Desa Klitih bisa sedikit bernafas lega terkait persoalan air bersih.
Menteri Sosial Tri Rismaharini yang mendatangi langsung desa tersebut menyebutkan Kemensos akan mencarikan solusi untuk permasalahan tersebut.
“Ini masih belum selesai. Masih butuh waktu, tadi saya tanya yang mengerjakan sekitar dua bulan. Saya minta selesaikan kita usahakan secepatnya,” kata Mensos Risma di hadapan warga, Minggu (29/30).
Sementara pengerjaan sumur air, Kemensos melalui Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta memberikan bantuan Atensi air bersih dan tandon air bersih sebanyak 10 unit dengan kapasitas 2.200 liter per unit.
“Kamu bantu tadikan sudah datang tong-tong (tandon air) itu, nanti kami drop pakai air, kami letakkan disitu,” lanjutnya.
Namun, permasalah air bersih di Desa Klitih tak berhenti disitu. Ternyata, air yang berasal dari sumber air digunakan selama ini memiliki kadar garam dan kapur yang tinggi, sehingga dibutuhkan sumber air bersih yang baru.
“Airnya yang disana dites ternyata kadar kapur dan garam tinggi, itu bahaya. Gampang kena gagal ginjal dan bayi kalau dari ibunya hamil bisa rusak otaknya. Karena itu kita akan pindah cari airnya. Tadi di atas ketemu sumber air mudah-mudahan bisa, tetapi dalamnya 120 meter,” papar Mensos Risma.
Mensos Risma bahkan bercerita pernah ke daerah Tulungagung dan mendapati banyak anak-anak yang sakit. Setelah diusut ternyata sumber air yang dipakai warga memiliki kadar logam yang tinggi.
Mensos Risma menjelaskan tidak masalah sumber air yang jauh dari warga dibandingkan dengan ancaman penyakit jika tetap menggunakan air yang tidak sehat.
“Nanti juga ada air yang siap minum, tetapi di sini (masjid) itu bisa mengambil. Kalau di rumah atau di tandon itu enggak siap minum. Kalau siap minum semua jaringan pipanya berat. Mudah-mudahan bisa cepat,” jelas Mensos Risma.
Selain pengeboran sumber air, Kemensos juga menyiapkan pompa air untuk mengaliri ke tandon air yang telah disiapkan.
“Nah, pompanya juga harus cukup besar untuk membawa ke lokasi tong-tong yang sudah kita siapkan. Nanti sisanya baru naik ke tandon di atas, tetapi pertama prioritas adalah tandon yang di bawah untuk kita aliri dulu,” pungkas Mensos Risma.
Sementara itu, Kepala Dusun Klitih Ali Ta’in menyebutkan kekeringan yang dialami Dukuh Tondowesi yang paling parah.
“Memang disini setiap kemarau pasti kekurangan air, tetapi tahun ini paling parah. Di sini yang terdampak kurang lebih 115 KK,” kata Ali.
Dia menyebutkan kekeringan mulai dirasakan warganya sejak Juni dan warga mulai mencari air di sungai yang kering.
“Bantuan Kemensos ini yang pertama, sebelumnya enggak ada. Ada dari BPBD juga baru 4 kali dikirim (air bersih) 2 hari sekali,” lanjutnya.
Dia juga menjelaskan dengan bantuan 10 tandon air dan pembuatan sumber air bersih baru yang diberikan oleh Kemensos bisa mencukupi kebutuhan warganya.
“Air itu untuk minum, mandi, cuci pakai, untuk perternakan juga sebagian,” jelas Ali.
Senada, Puji Rahmiwati (32) Warga Dukuh Tondowesi menjelaskan kekeringan terparah dirasakannya sejak awal Oktober.
Dirinya juga terpaksa mencari air bersih ke sungai yang berjarak 100 meter dari rumahnya
“Kalau kekeringan ya cari di sungai digali. jarak ke sungai 100 meter. Kadang digali ada satu meter baru ada air. Kalau kering, digali lagi,” jelasnya.
Puji yang berprofesi sebagai buruh tani itu menjelaskan kekeringan juga berdampak pada penghasilannya.
“Saya biasa menanam tembakau penghasilan banyak, sekarang sedikit karena kemarau panjang jadi tanamannya rusak. Kalau sekarang kan kering jadi cari air kemana untuk minum saja susah apalagi buat tanaman,” kata Puji.
Dia berharap dengan bantuan dari Kemensos itu bisa mencukupi kebutuhan air bersih di Dukuh Tondowesi.
“Semoga dengan bantuan kemensos ini bisa mencukupi daerah Tondowesi ini, supaya enggak kekurangan air, buat mandi, masak, cuci baju. Jadi, enggak cari lagi ke sungai yang kering,” tuturnya.
Tidak hanya di Jombang, Kemensos juga telah memberikan bantuan air bersih di berbagai wilayah Indonesia yang terdampak El Nino seperti Gunung Kidul, Kabupaten Bogor dan wilayah bencana kekeringan lainnya.***