Blitar, serayunusantara.com – Puncak Literasi Seni dan Budaya di Amphiteater Perpus Bung Karno semakin meriah dengan tampilnya lakon “Punokawan Kembar”, produksi seniman lokal Blitar.
Pertunjukan ini menghadirkan reinterpretasi modern atas tokoh Punokawan yang dikemas dengan humor, kritik sosial, serta sentuhan drama keluarga.
Para pemain berhasil mencuri perhatian lewat dialog segar yang disesuaikan dengan konteks kekinian.
Unsur lokal Blitar, isu sosial, serta budaya Jawa diselipkan dalam cerita tanpa menghilangkan filosofi Punokawan sebagai tokoh bijak sekaligus penghibur.
Sutradara lakon menjelaskan bahwa konsep kembar dipilih untuk menggambarkan dua sisi manusia: kesadaran dan bayangannya.
“Punokawan selalu dipandang jenaka, tapi mereka juga membawa nilai-nilai moral. Versi kembar ini secara simbolik menggambarkan pertarungan batin manusia modern,” jelasnya.
Penonton terlihat menikmati setiap adegan, terutama saat karakter Gareng dan Petruk tampil dalam versi ganda. Gelak tawa penonton berulang kali pecah dari bangku amphiteater.
Salah satu penonton, Hadi (34), menyebut lakon ini terasa segar dan relevan. “Tidak membosankan sama sekali. Ini bukti bahwa Blitar punya seniman yang kreatif dan tidak kalah dari kota lain,” ujarnya.
Pertunjukan “Punokawan Kembar” menjadi salah satu penampilan yang paling banyak dibicarakan selama acara berlangsung. (Fis/Serayu)













