Blitar, serayunusantara.com – Perahu tambangan masih menjadi pilihan transportasi tradisional bagi warga yang tinggal di pesisir Kali Brantas, khususnya di wilayah perbatasan Blitar dan Tulungagung.
Moda transportasi ini digerakkan secara manual oleh tenaga manusia dan hingga kini tetap bertahan di tengah hadirnya infrastruktur modern.
Tambangan dapat dijumpai di beberapa titik, seperti Kecamatan Srengat dan Wonodadi di Blitar, serta Rejotangan dan Ngunut di Tulungagung.
Baca Juga: Warga Kediri Diduga Hanyut Saat Memancing di Sungai Brantas
Kehadiran perahu ini mempermudah mobilitas warga karena bisa memangkas jarak tempuh, dibanding harus memutar jauh melewati jembatan.
Padahal, akses penghubung sebenarnya sudah tersedia melalui Jembatan Trisula di Blitar dan Jembatan Ngujang 2 di Tulungagung. Namun bagi sebagian besar warga, tambangan tetap lebih efisien.
Baca Juga: Wanita Depresi di Kediri Berusaha Loncat dari Jembatan Brantas
Ngishomudin, salah seorang warga, mengaku sangat terbantu dengan adanya layanan perahu tambangan.
“Kalau harus lewat Jembatan Trisula, muternya jauh sekali. Tambangan lebih cepat, meskipun harus keluar biaya,” ujarnya, Kamis (9/10/2025).
Tarif tambangan sendiri bervariasi, tergantung jenis kendaraan yang diangkut. Untuk sepeda motor dikenakan Rp3.000, mobil Rp5.000, sementara kendaraan pikap bermuatan mencapai Rp15.000. (Ha/serayu)








