Mengenal Langsat Gaprang, Buah Asli Kabupaten Blitar 

Sertifikat langsat gaprang dari Kementerian Pertanian RI. (foto: istimewa)

Blitar, serayunusantara.com | Kabupaten Blitar tidak henti-hentinya menelurkan varietas terbaru holtikultura. Kali ini ada buah asli Kabupaten Blitar, yakni langsat gaprang.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar, Hikma Wahyudi, nama gaprang sendiri diambil dari nama desa di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

“Langsat gaprang Kabupaten Blitar ini, tidak pernah dipasarkan sampai di tingkat tengkulak apalagi dijual di pasaran bebas,” kata Hikma, Selasa (15/11/2022).

Menurutnya, secara visual langsat gaprang sama dengan langsat yang lain, namun dari segi rasa mempunyai perbedaan dengan langsat lain. Langsat gaprang ini mempunyai rasa yang manis seperti buah duku.

Baca Juga: Cara Dispertapa Kabupaten Blitar Atasi Faktor Cuaca Penghambat Tembakau Tumbuh

“Langsat yang lain itu rasanya lebih masam dibandingkan langsat asli Kabupaten Blitar ini,” ujarnya.

Hikma menyebut, ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kekhasan langsat gaprang, seperti bentuk buah bulat telor, warna kulit buah muda hijau, warna kulit buah masak kuning keputih-putihan, warna daging buahnya putih bening.

“Kalau untuk kandungan buahnya, kandungan air 68,5 %, kadar gula 16.60 Brix, kandungan vitamin 10.78 mg per 100 gr, dan kandungan vitamin c 22,8 mg per 100 gr,” tandasnya.

Lebih lanjut, kata Hikma, langsat gaprang mempunyai sejumlah keunggulan dibandingkan langsat yang lain, yakni berat per buah bisa mencapai 5,2 – 23,8 gram.

“Kemudian buah ini juga unggul, misalnya produksi 40-50 Kg per poon per musim.

Daya simpan 4-7 hari setelah panen. Sementara musim panen bulan Februari dan Maret,” ungkapnya.

Hikma berharap, varietas kebanggaan Kabupaten Blitar itu bisa dikenal oleh masyarakat luas, sehingga langsat gaprang bisa menjadi daya tarik pihak luar untuk memilikinya.

“Kalau memang sudah banyak yang menanam bisa dipasarkan untuk dijual, dan membawa perekonomian masyarakat yang menanamnya,” pungkasnya. (adv/jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *