Blitar, serayunusantara.com – Fenomena menjamurnya warung Madura di berbagai sudut Kota Blitar kini mulai menjadi perhatian banyak pihak.
Warung yang dikenal buka selama 24 jam ini tidak hanya memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menimbulkan dampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha ritel lokal, seperti supermarket dan toko kelontong tradisional.
Warung Madura, yang umumnya dikelola oleh perantau asal Pulau Madura, kini bisa dengan mudah ditemui di hampir setiap jalan utama dan perkampungan di Kota Blitar.
Kepraktisan serta jam operasional tanpa batas menjadikan warung ini sebagai alternatif utama masyarakat untuk berbelanja kebutuhan mendesak.
“Sekarang hampir di setiap sudut ada warung Madura. Kalau tengah malam butuh sabun, roti, atau bensin eceran, semuanya ada. Jadi praktis sekali,” ujar Siti Rahma (35), warga Kelurahan Kauman, saat ditemui pada Rabu (6/11).
Baca Juga: Toko Madura Menjamur di Blitar, Cari Rokok Tengah Malam Tidak Kesusahan
Namun, di balik kemudahan itu, sejumlah pelaku usaha lokal mulai merasakan tekanan akibat meningkatnya jumlah warung Madura. Beberapa pemilik toko kelontong mengaku omzet mereka menurun cukup drastis sejak dua tahun terakhir.
“Dulu toko saya ramai, apalagi menjelang malam. Tapi sekarang pembeli makin sedikit. Mereka lebih memilih warung Madura karena buka terus, sementara saya tidak bisa buka sampai larut malam,” tutur Sugeng Wahyudi (50), pemilik toko kelontong di kawasan Kepanjenkidul. (Serayu)












