Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI di Jakarta. (Foto: Kemenkeu RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkeu RI, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dan cukup tinggi untuk level rata-rata global meski terus berhadapan dengan dinamika dan volatilitas dimana inflasi tinggi secara global, suku bunga melonjak 500 basis poin di Amerika Serikat, dan capital outflow serta dolar yang menguat. Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level diatas 5% yaitu 5,05% pada tahun 2023.
“Kita tetap bisa menjaga momentum pertumbuhan dalam pergolakan dan situasi di mana dinamika ekonomi global luar biasa tinggi. Juga terjadinya fragmentasi, terjadi proteksionisme, kenaikan tarif dan menyebabkan perdagangan dunia antar negara melemah dan global growth yang melemah tadi hanya 3%, sementara kita tetap terjaga di 5%,” ungkap Menkeu dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI di Jakarta, Senin (02/09).
Tingkat pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan bahwa Indonesia memiliki resiliensi yang tinggi baik dari sisi komponen pengeluaran dengan konsumsi rumah tangga yang terjaga dan investasi atau PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mulai meningkat dengan adanya capital inflow. Menkeu menyatakan ini karena Pemerintah terus mendukung pertumbuhan melalui APBN.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini turut menyebabkan perbaikan dari indeks pembangunan Indonesia. Kemiskinan kembali menurun di bawah pre pandemi level setelah sebelumnya meningkat akibat terjadinya pandemi.
Baca Juga: Menkeu : APBN 2025 Fokus pada Program Peningkatan Kualitas SDM
“Kemiskinan menurun kembali sesudah mengalami kenaikan akibat terjadinya pandemi yang tadinya sudah single digit di 9,4% tahun 2019, melonjak lagi di 10,14%, tapi kemudian sekarang kita sudah turun di bawah prepandemi. Jadi sudah 9,03% di bawah 2019. Demikian juga dengan kemiskinan ekstrim Indonesia kita lihat juga terus mengalami penurunan mendekati 0 sesuai target Pemerintah untuk 2024 bisa menghilangkan kemiskinan ekstrim di Indonesia,” jelas Menkeu.
Sedangkan dari sisi pemerataan, dengan adanya beberapa indikator perbaikan pertumbuhan maupun secara spasial menyebabkan gini rasio Indonesia juga mengalami perbaikan. Tercatat gini ratio tahun 2024 lebih rendah setelah mengalami kenaikan pada saat terjadinya pandemi, yaitu dari 0,381 menjadi 0,379.
“Tingkat kemiskinan dan pengangguran kita lihat di seluruh wilayah juga mengalami perbaikan. Tentu ini tidak menyebabkan kita berpuas diri karena kalau kita lihat beberapa tingkat kemiskinan di berbagai daerah masih diatas rata-rata nasional dan bahkan di beberapa daerah double digitnya cukup tinggi,” pungkas Menkeu.***