Blitar, serayunusantara.com – Minum kopi telah menjadi kebiasaan harian banyak orang, namun berbagai mitos seputar konsumsi kopi masih saja muncul dan dipercaya sebagian masyarakat.
Mulai dari anggapan bahwa kopi menyebabkan kembung, membuat jantung berdebar berlebihan, hingga diyakini bisa merusak lambung.
Padahal, sejumlah pakar gizi dan penelitian terbaru memberikan penjelasan yang lebih objektif mengenai efek kopi terhadap tubuh.
Salah satu mitos yang paling sering terdengar adalah kopi membuat perut kembung. Faktanya, kondisi tersebut biasanya dipengaruhi oleh sensitivitas masing-masing orang terhadap kafein atau cara penyajian kopi yang terlalu kental.
Pada sebagian besar orang, kopi justru membantu memperlancar pencernaan karena merangsang pergerakan usus.
Mitos lain menyebutkan bahwa minum kopi membuat jantung berdebar. Penelitian menunjukkan bahwa kafein memang dapat meningkatkan detak jantung sementara, tetapi tidak berbahaya bagi orang sehat dalam takaran yang wajar.
Baca Juga: Ngopi Malam untuk Relaksasi: Temani Kreativitas dan Waktu Santai
Mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung tetap dianjurkan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi kopi secara rutin.
Menurut penggemar kopi asal Blitar, Agung, persepsi negatif soal kopi sering muncul karena kurangnya informasi yang tepat.
Ia mengatakan banyak masyarakat yang langsung menyimpulkan efek sementara sebagai dampak buruk jangka panjang.
“Banyak teman saya bilang kalau kopi bikin kembung atau deg-degan. Padahal kadang masalahnya bukan di kopinya, tapi cara minumnya, misalnya belum makan atau minumnya terlalu kental,” ujarnya.
Penelitian juga menepis mitos bahwa kopi merusak lambung. Yang lebih berpengaruh adalah kondisi lambung seseorang serta tingkat keasaman kopi.
Biji kopi yang diproses dengan baik cenderung memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah, sehingga lebih nyaman di perut.
Meski begitu, para ahli tetap mengingatkan bahwa konsumsi kopi harus dibatasi sekitar 1–3 cangkir per hari. Kelebihan kafein dapat memicu gangguan tidur, kecemasan, dan ketidaknyamanan pada individu yang sensitif.
Dengan banyaknya informasi yang beredar, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menyikapi mitos seputar kopi.
Menikmati kopi dengan cara yang tepat, takaran wajar, dan mengenali kondisi tubuh sendiri menjadi kunci agar manfaatnya tetap optimal dan terhindar dari kesalahpahaman. (Serayu)













