Penyuluh Pertanian di Kabupaten Blitar Didorong untuk Inovatif Sikapi Kelangkaan Pupuk

Salah satu toko pertanian yang menjual pupuk. (Foto: Kementan RI)

Blitar, serayunusantara.com – Kelangkaan pupuk kimia yang dihadapi oleh petani harus disikapi secara bijak. Apalagi pemerintah setiap tahunnya juga membatasi pupuk bersubsidi yang bisa digunakan oleh petani.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar menyikapi kelangkaan pupuk dengan sejumlah cara, salah satunya mendorong petani untuk membuat pupuk organik. Mereka bisa membuatnya secara mandiri ataupun bersama kelompok tani (poktan).

Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Manusia (SDM) DKPP Kabupaten Blitar Himawan Prabowo menyampaikan, pihaknya mendorong para penyuluh pertanian untuk lebih inovatif dalam menyikapi kelangkaan pupuk. Sebab, penyuluh pertanian bersinggungan langsung dengan para petani.

Adanya kedekatan dengan petani itu, kata Himawan, yang membuat penyuluh pertanian harus memberikan arahan dan saran kepada petani terkait cara pembuatan pupuk organik. Terlebih pupuk organik pembuatannya tergolong sangat mudah, dan bahannya mudah ditemukan di sekitar rumah.

“Misalnya bahan-bahan yang berasal dari limbah rumah tangga, itu bisa digunakan. Sampah-sampah organik dari dedaunan itu bisa digunakan, atau kotoran hewan ternak juga bisa digunakan untuk pupuk organik,” kata Himawan, Kamis, 4 April 2024, saat ditemui di kantornya.

Baca Juga: Penyuluh Pertanian di Kabupaten Blitar Diberi Bimbingan oleh Asesor Agar Dapat Sertifikasi 

Kabid SDM DKPP Kabupaten Blitar, Himawan Prabowo. (Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)

Himawan menjelaskan, penyuluh pertanian memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan inovasi-inovasi di bidang pertanian, terutama kepada petani yang jadi binaannya. Misalnya permasalahan saat ini terkait pembatasan pupuk bersubsidi yang diberlakukan pemerintah pusat.

“Jadi, ya silahkan berinovasi sesuai dengan kebutuhan petani-petani yang didampingi. Mereka pasti memiliki permasalahan masing-masing. Tinggal bagaimana mencari solusinya, termasuk membuat inovasi yang sesuai dengan kebutuhan petani,” ungkapnya.

Meskipun begitu, dirinya juga mendorong para petani tidak tergantung kepada penyuluh pertanian. Petani harus bisa membuat terobosan untuk mengatasi kelangkaan pupuk, dengan cara membuat pupuk organik secara mandiri.

“Saya kira, petani-petani sekarang sudah lebih inovatif dalam menyikapi masalah pupuk. Artinya mereka juga tidak menggantungkan pada pupuk kimia bersubsidi yang selama ini diberikan oleh pemerintah,” katanya. (adv/jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *