Blitar, serayunusantara.com – Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) yang berlokasi di Jalan Dr. Moh. Hatta, Kota Blitar, kini menjadi salah satu titik penting dalam pengelolaan sektor wisata dan perdagangan di daerah berjuluk Kota Patria ini.
Gedung PIPP berfungsi sebagai pusat layanan informasi bagi wisatawan yang ingin menjelajahi berbagai destinasi unggulan di Kota Blitar, mulai dari Makam Bung Karno, Istana Gebang, hingga berbagai objek wisata sejarah dan religi lainnya.
Di tempat ini, pengunjung dapat memperoleh brosur wisata, peta rute perjalanan, hingga panduan paket wisata terpadu yang disediakan oleh Dinas Pariwisata setempat.
Selain menjadi pusat informasi, kawasan PIPP juga difungsikan sebagai area perdagangan rakyat. Terdapat kios-kios UMKM yang menjajakan produk lokal khas Blitar, mulai dari batik, makanan olahan, hingga kerajinan tangan.
Kehadiran fasilitas ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi mikro sekaligus memperkenalkan potensi lokal kepada para wisatawan.
Area PIPP juga dilengkapi fasilitas parkir luas yang menampung kendaraan pribadi hingga bus pariwisata. Beberapa waktu lalu, kawasan ini sempat menjadi perbincangan publik setelah beredar video mengenai tarif parkir yang disebut mencapai ratusan ribu rupiah.
Namun, Pemerintah Kota Blitar menegaskan bahwa tarif resmi yang berlaku sesuai Peraturan Daerah adalah Rp18.000 per bus untuk delapan jam dan retribusi Rp4.000 per pengunjung.
Baca Juga: Stasiun Gebang, Jejak Transportasi Lama yang Tetap Hidup di Tengah Kota Blitar
“Seluruh mekanisme retribusi di kawasan PIPP dilaksanakan secara transparan dan sesuai ketentuan yang berlaku. Tidak ada pungutan di luar aturan,” tegas Wali Kota Blitar dalam keterangan resminya melalui laman blitarkota.go.id.
Dengan konsep pelayanan terpadu, PIPP kini tidak hanya menjadi tempat persinggahan wisatawan, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi dan informasi yang strategis.
Keberadaan fasilitas ini memperkuat posisi Kota Blitar sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang terus berkembang di Jawa Timur. (Serayu)
