Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengunjungi Kopiko Philippines Corporation (KPC), yang merupakan bagian dari PT Mayora Indah Tbk, produsen kopi terkemuka di Filipina. (Foto: BPMI Setpres)
Carmona, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengunjungi Kopiko Philippines Corporation (KPC), yang merupakan bagian dari PT Mayora Indah Tbk, produsen kopi terkemuka di Filipina. Dalam pernyataan usai peninjauan di Carmona, pada Rabu (10/1), Presiden menyatakan bahwa KPC, sebagai investasi dunia usaha Indonesia, berhasil menguasai hampir 50 persen pasar di Filipina.
Pada kunjungan hari ini, Presiden Jokowi melihat investasi dunia usaha nasional, yaitu perusahaan Indonesia Mayora, yang menguasai hampir setengah pasar di Filipina. Presiden juga terkesan atas jumlah besar produk kopi yang dihasilkan oleh KPC. Dia berharap bahwa industri ini dapat memberikan dampak positif bagi para petani Indonesia dengan menyediakan bahan baku produksi yang memadai.
“Jadi produk-produk kopi saset yang jumlahnya saya kira sangat besar sekali dan itu akan memberikan kontribusi pada kebutuhan bahan baku kopi, singkong, dan lain-lainnya yang akan sangat bagus untuk para petani,” tambahnya.
Selain mengunjungi industri makanan dan minuman, Presiden Jokowi juga menjelajahi industri pengolahan rumput laut di W Hydrocolloids Inc. Setelah peninjauan, Presiden menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri ini, didukung oleh wilayah pesisir yang luas. Menurut Presiden Jokowi, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengolahan rumput laut, dan Indonesia dapat mengembangkannya di seluruh Tanah Air karena memiliki pesisir yang sangat panjang.
Baca Juga: Diplomasi Indonesia Terus Jaga Relevansi dan Sentralitas ASEAN Dalam Satu Dekade
Presiden Jokowi berharap pengolahan rumput laut di Indonesia dapat terus meningkat, memberikan nilai tambah bagi para petani, dan bahkan memungkinkan ekspor produk ke Filipina dan negara lainnya. Menurut Jokowi, Indonesia perlu mempersiapkan petani kita untuk memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga sebagian produksi dapat dikonsumsi di Indonesia, dan sebagian lagi dapat diekspor ke Filipina atau negara lain, memberikan nilai tambah bagi petani nasional.***