Blitar, serayunusantara.com — Nama Dandhy Dwi Laksono telah lama menjadi ikon dalam dunia jurnalisme investigasi dan dokumenter di Indonesia.
Sosok yang baru saja hadir di Ponggok, Blitar, untuk membedah buku “Reset Indonesia” pada Selasa (23/12/2025) ini dikenal bukan hanya karena kepiawaiannya mengarahkan kamera.
Tetapi juga karena keberaniannya menyuarakan isu-isu sensitif yang sering terpinggirkan oleh media arus utama.
Jejak Langkah Jurnalisme Investigasi
Dandhy memulai kariernya di berbagai media cetak dan televisi nasional. Namun, titik balik yang melambungkan namanya adalah ketika ia mendirikan Watchdoc pada tahun 2009 bersama Andhy Panca Kurniawan.
Melalui rumah produksi audio visual ini, Dandhy melahirkan ratusan karya dokumenter yang fokus pada isu hak asasi manusia, lingkungan, agraria, dan ketimpangan sosial.
Karya monumentalnya yang paling fenomenal adalah “Sexy Killers” (2019), sebuah dokumenter yang mengungkap sisi gelap industri batu bara dan hubungannya dengan elit politik di Indonesia.
Film ini ditonton puluhan juta kali di YouTube dan memicu diskusi nasional menjelang pemilu kala itu.
Baca Juga: Dandhy Dwi Laksono Hadir di Ponggok Blitar, Bedah Buku “Reset Indonesia”
Konsistensi di Jalur Ekspedisi
Dandhy dikenal dengan metode kerjanya yang turun langsung ke lapangan. Melalui program Ekspedisi Indonesia Biru, ia berkeliling Indonesia menggunakan sepeda motor untuk memotret kehidupan masyarakat adat, kemandirian energi desa, dan konflik lahan.
Pengalaman lapangan inilah yang kemudian ia tuangkan dalam buku “Reset Indonesia”, sebuah gagasan tentang perlunya menata ulang arah bangsa yang dianggapnya telah melenceng dari kepentingan rakyat kecil.
Visi “Reset Indonesia”
Bagi Dandhy, jurnalisme bukan sekadar melaporkan peristiwa, melainkan alat untuk advokasi dan edukasi publik.
Dalam setiap diskusinya, termasuk di Blitar, ia konsisten menekankan pentingnya kedaulatan pangan dan energi yang berbasis pada komunitas lokal.
Ia kerap mengkritik paradigma pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi namun merusak ruang hidup nelayan dan petani.
Penghargaan dan Dedikasi
Atas dedikasinya dalam menyuarakan kebenaran lewat film, Dandhy dan Watchdoc telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Ramon Magsaysay Award pada tahun 2021—penghargaan yang sering disebut sebagai “Nobel versi Asia”.
Penghargaan tersebut menjadi pengakuan internasional atas upayanya menggunakan jurnalisme investigasi sebagai instrumen perubahan sosial.
Dandhy Dwi Laksono tetap menjadi sosok yang relevan bagi generasi muda, khususnya Gen Z, sebagai simbol integritas dan keberanian dalam berpendapat.
Kehadirannya di ruang-ruang diskusi kecil seperti di Blitar menunjukkan bahwa bagi seorang Dandhy, ide-ide besar harus terus disemai dari akar rumput. (Fis/Serayu)













