Blitar, serayunusantara.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang mampu meningkatkan gizi dan kecerdasan anak-anak sekolah mulai menuai kritik.
Di balik klaim keberhasilan dan seremoni peluncuran, sejumlah pedagang kecil di Kabupaten Blitar justru mengeluhkan dampak ekonomi yang mereka rasakan sejak program ini dijalankan.
Ironisnya, program yang diklaim berpihak pada rakyat kecil justru membuat sebagian dari mereka kehilangan penghasilan harian.
Beberapa pedagang jajanan di sekitar sekolah mengaku pendapatannya turun drastis, bahkan hingga 60 persen. Anak-anak yang biasanya membeli jajanan kini jarang datang ke lapak mereka.
“Dulu anak-anak beli tiap jam istirahat, sekarang mereka sudah dapat makan di sekolah. Kadang cuma beli minuman, itu pun tidak tiap hari,” ujar Siti (45), pedagang di kawasan Kademangan, dengan nada getir.
Baca Juga: Blitar Green Park Kini Jadi Tempat Favorit Warga untuk Rekreasi dan Olahraga
Pemerintah pusat maupun daerah gencar menyampaikan bahwa program MBG bukan hanya soal pemenuhan gizi, tetapi juga tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat. Namun di lapangan, narasi tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Banyak Satuan Pemberi Pangan Gizi (SPPG) dinilai belum maksimal memanfaatkan bahan pangan lokal atau melibatkan warga sekitar dalam proses produksinya.
“Kalau pemerintah peka, seharusnya pedagang kecil dilibatkan, bukan ditinggalkan. Program ini bagus, tapi jangan sampai yang kenyang cuma sebagian,” tegas Hamzah Abdilah, dosen Hukum UNISBA Blitar, saat dimintai tanggapan, Sabtu (1/11/2025).
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Satgas MBG Kabupaten Blitar, Khusna Lindarti, tidak menampik adanya keluhan dari pedagang kecil. Ia menjelaskan bahwa tugas Satgas tidak hanya melakukan monitoring dan evaluasi (monev), tetapi juga memberi dukungan dan pembinaan kepada pengelola SPPG.
“Satgas ini sifatnya monev dan juga mensuport jalannya SPPG. Selain memastikan kegiatan berjalan sesuai pedoman, kami melakukan pembinaan kepada para pengelola,” ujar Khusna, melalui pesan WhatsApp, Sabtu (1/11/2025).
Menurutnya, pembinaan itu meliputi pemenuhan izin usaha, pemanfaatan bahan pangan lokal, serta keterlibatan masyarakat sekitar dalam produksi makanan bergizi.
“Kami dorong agar mereka memanfaatkan produk lokal dan melibatkan masyarakat sekitar supaya ada perputaran ekonomi. Jadi tidak hanya sekadar memberikan makanan bergizi, tapi juga menumbuhkan kemandirian ekonomi warga,” tambahnya.
Baca Juga: Klinik Rawat Inap Siti Khodijah, Fasilitas Medis Nyaman dengan Sentuhan Kemanusiaan di Kota Blitar
Di media sosial, kritik terhadap pelaksanaan program MBG terus bergulir. Sejumlah warganet mempertanyakan transparansi pengelolaan dan distribusi bahan pangan, serta menyoroti adanya “ketimpangan rasa keadilan” antara tujuan ideal dengan realitas di lapangan. (jun/serayu)











