Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin meninjau langsung kegiatan sekolah lapang Budidaya Ikan Lele bagi pondok pesantren dan menyempatkan memberi makan lele di dua kolam terpal yang berada di sisi barat ponpes An Nahdliyah, Kelurahan Triwung Kidul. (Foto: Pemkot Probolinggo)
Kademangan, serayunusantara.com – Melansir dari laman Pemkot Probolinggo, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Probolinggo kembali melaksanakan Sekolah Lapang (SL) Budidaya Ikan Lele bagi pondok pesantren di Kota Probolinggo. Kali ini, bertempat di Ponpes An Nahdliyah, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, Rabu (4/10) siang.
Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin meninjau langsung kegiatan sekolah lapang tersebut dan menyempatkan memberi makan lele di dua kolam terpal yang berada di sisi barat ponpes.
“Ini adalah budidaya lele yang diserentakkan di 20 lembaga pendidikan pondok pesantren di Kota Probolinggo. Mudah-mudahan dengan edukasi ini bisa menumbuhkan keterampilan santri dan juga untuk menguatkan ketahanan pangan, itu yang paling penting,” ujar Habib Hadi dalam sambutannya.
Dalam momen ini Wali Kota Probolinggo juga menyerahkan secara simbolis bantuan bahan praktik pada Pengasuh Ponpes An Nahdliyah KH. M. Holik. Di antaranya, dua buah kolam terpal, pakan, benih dan prebiotik penguatan untuk ikan. “Kalau bisa kita pelajari, kita ikuti secara seksama apabila nanti sudah bisa berkembang dan berhasil bisa kita masukkan program-program yang lainnya. Pendidikan agama yang utama tentunya para santri memiliki karakter di bidang usaha lainnya,” tutur Habib Hadi.
Sebagai informasi, pada tahun 2023 ini dimulai dari bulan April sampai dengan Desember mendatang terdapat 20 ponpes yang mendapat program sekolah lapang (SL) budidaya ikan lele. Terbagi dalam empat gelombang, dalam program SL budidaya ikan lele ini juga diserahkan bantuan berupa kolam sekaligus bibit lele.
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Transportasi Online Diajak Jaga Kondusifitas
Ditemui usai seremonial dan peninjauan, Kepala DKPPP Aries Santoso menjelaskan secara teknis pelaksanaan SL itu sendiri. “Untuk setiap SL itu kita berikan bantuan bibit lele sampai 2.500 bibit berukuran diameter lingkar badan sekitar 6-8 mm. Insyaallah tahun 2024 nanti akan ada tambahan sekitar 15 ponpes SL budidaya ikan lele,” terangnya.
Dijelaskan oleh Aries, jika nantinya DKPPP akan memberikan pendampingan pada pondok pesantren mulai uji kualitas air, perkembangan ikan dan masa panen. “Dan panen nanti akan diberi tambahan pengetahuan untuk hasil olahan panen, karena kami telah bekerja sama dengan DKUP. Bisa dijual dalam bentuk ikan segar maupun dijual dalam bentuk (produk) olahan ikan,”
Diakui oleh Aries jika penempatan kolam ikan berada di luar, agar tidak mempengaruhi mobilitas masyarakat di area sekitar ponpes. ”Oh tidak. Yang penting cukup sinar karena itu pengaruh. Jika itu (kolam) terlalu tertutup atau terlalu rindang juga tidak baik bagi perkembangan ikan itu sendiri,” jelasnya.
Hal itu, menurut Aries juga berpengaruh pada bakteri-bakteri pengganggu pertumbuhan ikan. Karenanya harus cukup sinar, drainase juga harus sudah disiapkan termasuk penataan untuk menambah air dan buang air. “Tidak apa-apa (kolam) tidak harus di dalam kawasan, yang penting dari ponpesnya menyatakan itu (penempatan kolam) aman, bisa terjangkau, terkendali untuk pemantauannya maupun pengelolaannya yang pastinya kita carikan yang terdekat,” urainya.
Senada dengan Wali Kota, Aries berharap melalui budidaya ikan lele ponpes tidak hanya berkembang dalam hal pendidikan agama tapi juga memiliki pendidikan karakter. ”Pondok pesantren ini tidak hanya sebagai media pendidikan agama Islam saja, tapi bisa menjadi entrepreneur nantinya. Jadi ada usaha-usaha produktif yang dikelola oleh pondok dan ini sebagai media pembelajaran bagi para santri,” pungkasnya.
Baca Juga: Dukung Pengurangan Sampah, DLH Monev Budidaya Maggot
Giat SL budidaya ikan lele ini juga meninggalkan kesan mendalam bagi pengasuh PP An Nahdliyah KH. M. Holik. “Jelas dengan bantuan seperti ini saya merasa senang, bukan untuk saya (pribadi). Rasa senang ini juga untuk anak-anak, orang tua dan keluarganya. Jadi bantuan ini saya merasa terbantu untuk menumbuhkembangkan keterampilan anak-anak,” ungkap KH. M. Holik.
Diakui olehnya, jika ponpesnya telah memiliki program semacam ini sebelumnya. Seperti keberhasilan membudidayakan jamur tiram. Namun upaya membudidayakan ulat sutra berakhir gagal. “Budidaya ulat sutra belum tersampaikan karena banyak kendala. Karena saya mau mendatangkan pelatih kemarin itu, namun pelatih posisinya masih terus di Jawa Tengah guna pembudidayaan ulat sutra ini,” terangnya.
Holik berharap budidaya ikan lele ini ke depan semakin berkembang lebih baik lagi. “Bantuan ini tidak hanya terputus sampai sekarang tapi diteruskan oleh anak-anak menjalankan budidaya ikan lele,” tutup Holik.***