Blitar, serayunusantara.com — Di tengah kesibukan Kota Blitar, terdapat satu stasiun kecil yang kerap luput dari perhatian, namun memiliki sejarah panjang dalam perkembangan transportasi di wilayah ini.
Namanya Stasiun Gebang, sebuah stasiun nonaktif yang menyimpan kenangan masa lalu ketika jalur kereta menjadi nadi pergerakan ekonomi masyarakat Blitar bagian utara.
Stasiun Gebang dikenal sebagai salah satu bangunan peninggalan jaringan kereta era kolonial. Dahulu, stasiun ini berfungsi sebagai titik transit barang dan hasil bumi dari desa-desa sekitar menuju jalur utama.
Banyak warga setempat menyebut stasiun ini sebagai saksi perubahan zaman—dari masa kejayaan perkebunan hingga pergeseran sistem transportasi menuju kendaraan darat.
Meskipun tidak lagi beroperasi sebagai stasiun aktif, bangunan Stasiun Gebang masih berdiri dan kerap menjadi tempat singgah warga.
Beberapa bagian bangunannya dipertahankan sebagai wujud penghormatan terhadap sejarah perkeretaapian di Blitar.
Baca Juga: Istana Gebang, Rumah Masa Kecil Bung Karno: Menyelami Sejarah yang Hidup
Rel yang melintas di dekatnya juga masih digunakan untuk perjalanan kereta yang melewati jalur utama, meski tidak ada lagi kegiatan naik-turun penumpang di stasiun tersebut.
Bagi sebagian warga, keberadaan stasiun ini menyimpan nostalgia tersendiri. Sumarno (52), warga yang tinggal tak jauh dari lokasi, mengungkapkan rasa kedekatannya dengan bangunan tua itu.
“Dari kecil saya main di sekitar sini. Dulu masih ramai, banyak orang bawa hasil panen. Sekarang memang sepi, tapi bangunan ini tetap punya sejarah yang bikin kami ingin melihatnya tetap dirawat,” ujarnya.
Hari ini, Stasiun Gebang lebih banyak berfungsi sebagai penanda perjalanan waktu—tempat di mana sejarah, kenangan, dan kehidupan sehari-hari warga bertemu.
Meski tidak lagi aktif, stasiun ini tetap menjadi bagian penting dari identitas kawasan Gebang dan menjadi pengingat bahwa setiap sudut kota menyimpan cerita panjang yang tak boleh dilupakan. (Serayu)








