Oleh: Redaksi serayunusantara.com
Ada masa ketika sore hari di depan televisi terasa begitu membahagiakan.
Bukan karena gawai canggih, bukan pula karena tayangan YouTube, tapi karena empat makhluk lucu berwarna cerah muncul dari balik bukit hijau sambil tertawa ceria—Tinky Winky, Dipsy, Laa-Laa, dan Po.
Ya, Teletubbies.
Tayangan anak-anak legendaris yang mewarnai awal tahun 2000-an ini menjadi bagian dari kenangan emas bagi generasi yang kini telah beranjak dewasa. Saat itu, layar kaca menjadi jendela ajaib yang membawa kita masuk ke dunia polos penuh tawa dan pelukan, jauh dari hiruk-pikuk media sosial dan beban hidup orang dewasa.
“Waktu kecil, saya selalu menunggu-nunggu jam tayang Teletubbies setiap pagi. Rasanya dunia begitu sederhana dan menyenangkan,” ujar Dewi (27), seorang ibu muda yang kini justru memperkenalkan tayangan masa kecilnya kepada sang buah hati.
Fenomena Teletubbies bukan sekadar tontonan anak-anak, tapi menjadi simbol kehangatan masa kecil.
Baca Juga: Menkomdigi: Atur Batas Usia Anak di Dunia Digital, Lindungi Generasi Penerus!
Musiknya yang lembut, matahari bayi yang tersenyum, hingga suara khas “Eh-oh!” menjadi memori kolektif yang tak tergantikan. Banyak dari kita masih ingat bagaimana berlarian menirukan gaya mereka atau tertawa saat Laa-Laa menari riang di padang rumput hijau.
Kini, dua dekade telah berlalu. Anak-anak penikmat Teletubbies di masa itu sudah tumbuh menjadi orang tua, karyawan, bahkan pemimpin.
Namun setiap kali melihat cuplikan singkat atau mendengar lagu pembukanya, perasaan hangat itu muncul kembali — seolah waktu berhenti sejenak dan kita kembali menjadi bocah polos yang hanya tahu arti bahagia dari tawa empat makhluk warna-warni itu.
“Anak saya sekarang juga suka nonton Teletubbies versi baru di YouTube. Rasanya seperti nostalgia yang hidup kembali,” tambah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Teletubbies adalah pengingat sederhana bahwa kebahagiaan masa kecil tidak pernah benar-benar hilang — hanya bersembunyi di sudut ingatan, menunggu kita membuka kembali lembaran kenangan itu. (Serayu)












