Upacara Adat Jamasan Tombak Kyai Upas, Warisan Sakral Tulungagung yang Terus Dilestarikan

Tulungagung, serayunusantara.com – Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menggelar prosesi sakral Jamasan Pusaka Tombak “Kanjeng Kyai Upas” pada Jumat Wage, 10 Muharam 1446 H atau bertepatan dengan 10 Suro dalam penanggalan Jawa, bertempat di Griya Dalem Kanjengan Kepatihan, Jumat (11/7/2025).

Ribuan masyarakat memadati halaman Griya Dalem Kanjengan untuk menyaksikan tradisi budaya yang menjadi simbol warisan leluhur dan kebanggaan warga Tulungagung. Upacara ini menjadi agenda tahunan yang sarat makna spiritual dan kultural.

Rangkaian prosesi dimulai dengan Kirab Nawa Tirta dari Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso menuju lokasi utama, diiringi para sesepuh adat, juru kunci, dan pejabat daerah yang mengenakan pakaian tradisional.

Sesampainya di lokasi, Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo dan Wakil Bupati Ahmad Baharudin disambut dengan tari Gambyong dan Reog Kendang, serta pengalungan bunga.

Turut hadir dalam upacara ini jajaran Forkopimda, Ketua DPRD Marsono, Sekda Tri Hariadi, tokoh adat, budayawan, seniman, serta perwakilan berbagai lembaga budaya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk:

Baca Juga: Festival Budaya Spiritual Tulungagung 2025 Pererat Persatuan di Tengah Keberagaman

  1. Menghidupkan nilai-nilai budaya luhur warisan leluhur.
  2. Melestarikan tradisi lokal sesuai pokok pikiran kebudayaan daerah.
  3. Mendukung kemajuan kebudayaan sebagai bagian dari program nasional.

Dalam sambutannya, Bupati Gatut Sunu menegaskan bahwa tradisi Jamasan Tombak Kyai Upas adalah warisan turun-temurun yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Suro sebagai wujud syukur dan doa bagi keselamatan serta kesejahteraan masyarakat Tulungagung.

Beliau juga mengajak masyarakat untuk terus menjaga Pendopo Kanjengan sebagai situs bersejarah yang menjadi bagian penting dari identitas budaya daerah.

Prosesi puncak Jamasan dilakukan dengan penuh khidmat, diiringi lantunan gending Jawa dan doa-doa seperti Dzikir, Tahlil, serta Surah Yasin. Tombak pusaka dibersihkan secara khusus menggunakan air bunga tujuh rupa dan ramuan tradisional, yang mencerminkan penghormatan tinggi terhadap nilai spiritual dan historis pusaka tersebut.

Sebagai penutup, dilakukan selamatan atau wilujengan yang diikuti seluruh peserta sebagai bentuk rasa syukur dan doa bersama agar Kabupaten Tulungagung senantiasa diberkahi keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun akhirat. (Serayu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *