Johannesburg, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemlu RI, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, menegaskan urgensi strategi kolektif negara-negara G20 dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Hal ini disampaikan dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting yang membahas tujuan jangka panjang G20 serta refleksi atas dua dekade perjalanan G20.
Wamenlu Tata menekankan bahwa perekonomian dunia yang rapuh, meningkatnya bencana iklim, serta ketimpangan sosial yang semakin melebar membutuhkan langkah konkret dan terkoordinasi.
Dalam pidatonya, terdapat empat hal yang disoroti Indonesia:
Pertama, G20 membutuhkan strategi kolektif yang berkelanjutan dan berdampak nyata. “Tantangan global tidak bisa diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Kita memerlukan peta jalan konkret yang menempatkan kesejahteraan manusia, perlindungan lingkungan, dan kemakmuran bersama sebagai prioritas utama,” tegas Wamenlu Tata.
Selanjutnya, Wamenlu Tata mengangkat pentingnya memperkuat ketahanan terhadap krisis. Dunia menghadapi ancaman krisis multidimensi, dari perubahan iklim hingga gejolak ekonomi. Untuk itu, Wamenlu Tata menyoroti perlunya sistem peringatan dini yang lebih kuat, investasi terhadap infrastruktur yang resilien, serta mekanisme pembiayaan berkelanjutan untuk negara-negara rentan bencana. “Tidak boleh ada negara yang terpaksa memilih antara membayar utang atau memastikan perlindungan bagi rakyatnya,” tegas Wamenlu Tata.
Baca Juga: Menlu Sugiono Ajak Belanda Dukung Program Prioritas Indonesia
Wamenlu Tata juga menyerukan mobilisasi pembiayaan untuk mempercepat transisi energi, termasuk melalui investasi public-private partnership. “Kita harus memastikan bahwa transisi energi tidak memperdalam kesenjangan global, tetapi justru menciptakan peluang pertumbuhan yang inklusif”, ujar Wamenlu Tata.
Terakhir, Wamenlu Tata mendorong agar G20 dapat menjadi platform aksi, bukan sekadar forum diskusi. G20 harus menjadi katalis perubahan dengan komitmen yang terukur dan transparan. Wamenlu Tata mendorong aksi nyata dalam memperkuat rantai pasok global, mempercepat inklusi digital, serta membangun ekonomi hijau yang berkeadilan. “Kegagalan G20 untuk beradaptasi hanya akan menjadikannya forum tanpa dampak nyata,” tegas Wamenlu Tata.
Menutup pidatonya, Wamenlu Tata menggarisbawahi bahwa dunia membutuhkan kepemimpinan yang berani dan keputusan yang tegas. “Sekarang adalah waktunya untuk berani mengambil keputusan dan menunjukkan dampak nyata. Indonesia siap memainkan perannya dalam memastikan G20 tetap relevan dan menjadi penggerak perubahan global,” pungkasnya.
Dalam pembahasan review of the work of G20, beberapa delegasi mengusulkan penyederhanaan kerja dan mendorong G20 untuk lebih efektif dan fokus pada hal-hal yang mejadi prioritas tinggi. Selain itu, isu Artificial Intelligence (AI), data governance dan inovasi dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan juga menjadi perhatian.
Presidensi Afrika Selatan di G20 yang dimulai sejak 1 Desember 2024 ini mengusung tema Global Solidarity, Equality, and Sustainability.***