Tulungagung, serayunusantara.com — Sebagai pusat keramaian dan ruang publik terbesar di Kabupaten Tulungagung.
Alun-Alun Tulungagung tidak hanya menjadi tempat berkumpul warga, tetapi juga menghadirkan nilai sejarah melalui keberadaan monumen bergambar biografi Raden Ajeng Kartini.
Monumen ini menjadi salah satu titik ikonik yang menambah daya tarik kawasan alun-alun, sekaligus mengingatkan masyarakat akan perjuangan tokoh emansipasi perempuan Indonesia.
Terletak di jantung Kota Tulungagung, alun-alun ini mudah dijangkau dari berbagai arah.
Area yang luas, rindang, dan tertata rapi membuatnya menjadi destinasi favorit untuk rekreasi keluarga, olahraga pagi, hingga tempat berkumpul di sore dan malam hari.
Suasananya yang hidup namun tetap nyaman menjadikannya salah satu ruang publik terbaik di wilayah Kediri Raya.
Salah satu elemen yang paling mencuri perhatian adalah monumen biografi RA Kartini yang berdiri anggun di bagian sisi alun-alun.
Baca Juga: Candi Dadi: Pesona Cagar Budaya di Puncak 389 Mdpl Tulungagung
Monumen ini menampilkan relief dan informasi singkat tentang kehidupan serta perjuangan RA Kartini yang memperjuangkan hak pendidikan dan kesetaraan bagi perempuan Indonesia.
Keberadaan monumen ini memberikan sentuhan edukatif dan historis di tengah ruang publik yang modern dan ramai aktivitas.
Monumen tersebut kerap menjadi spot favorit warga maupun wisatawan untuk berfoto.
Selain itu, banyak pelajar yang memanfaatkannya sebagai bahan tugas sekolah, karena isi biografi yang tertera cukup informatif dan menggugah semangat generasi muda untuk mengenal lebih dekat tokoh pahlawan nasional tersebut.
Tak jarang pula, komunitas literasi atau organisasi kepemudaan menjadikannya lokasi diskusi ringan mengenai sejarah dan perjuangan perempuan.
Lingkungan Alun-Alun Tulungagung juga semakin nyaman berkat pohon-pohon besar yang memberikan teduh di berbagai sudut.
Area bermain untuk anak-anak, jalur pedestrian yang luas, serta fasilitas umum seperti bangku taman dan area kuliner membuat tempat ini selalu hidup dari pagi hingga malam.
Pada akhir pekan, suasana semakin ramai dengan hadirnya komunitas skateboard, sepeda, hingga UMKM lokal yang membuka lapak.
Salah satu pengunjung, Tantri (19), mengungkapkan bahwa monumen Kartini membuat alun-alun terasa lebih istimewa.
“Biasanya alun-alun hanya untuk tempat santai, tapi di sini ada nilai sejarahnya. Anak-anak bisa belajar tentang Kartini sambil bermain. Ini bagus sekali untuk edukasi,” ujarnya.
Pada malam hari, sorotan lampu taman membuat monumen Kartini terlihat semakin cantik dan memiliki kesan artistik.
Banyak warga memilih waktu ini untuk menikmati suasana alun-alun yang hangat dan penuh aktivitas.
Bagi para fotografer, pencahayaan malam memberi kesempatan menangkap sisi lain dari monumen yang jarang terekspos pada siang hari.
Dengan perpaduan antara fungsi rekreasi, edukasi, dan budaya, Alun-Alun Tulungagung berhasil menjadi ruang publik yang tidak hanya menyatukan masyarakat, tetapi juga memperkuat identitas daerah melalui tokoh-tokoh sejarah bangsa.
Keberadaan monumen bergambar biografi RA Kartini menjadi simbol bahwa perjuangannya tetap hidup dalam ingatan masyarakat, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan berani bermimpi.
Sebagai ruang publik yang kaya makna dan selalu hidup, Alun-Alun Tulungagung layak menjadi tujuan wisata keluarga, spot edukasi, hingga tempat melepas penat di tengah kesibukan kota. (Fis/Serayu)













