Hadapi Cuaca Panas Ekstrem, Kendalikan Diri untuk Hindari Gangguan Kesehatan Mental

Dr. Andri Nurdiyana Sari, dokter spesialis kedokteran jiwa, saat menjadi pemateri dalam acara peringatan Hari Kesehatan Mental Seunia di Sasana Praja, Selasa (10/10/2023). (Foto: Erwin Suganda/Kominfo Ponorogo)

Ponorogo, serayunusantara.com – Melansir dari laman Pemkab Ponorogo, Tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, cuaca panas ekstrem efek fenomena El Nino juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Suhu udara tinggi di atas 30 derajat Celcius menyebabkan seseorang sering kehausan, mudah lelah, serta menimbulkan perasaan tidak nyaman. Kondisi itu akan berdampak pada penurunan tingkat kegembiraan dan kebahagiaan yang berakhir dengan stres hingga depresi.

‘’Penanganannya secara psikis dengan tetap menjaga emosi agar tetap stabil untuk menghindari stres,’’ kata dr Andri Nurdiyana Sari, dokter spesialis kedokteran jiwa, selepas menjadi pembicara dalam acara peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia di Sasana Praja Ponorogo, Selasa (10/10/2023).

Dokter Andri yang juga Kepala Instalasi Jiwa RSUD dr Harjono Ponorogo itu mengatakan bahwa cuaca panas mendorong seseorang gampang marah, cenderung agresif, serta mudah tersinggung. Dia menyarankan untuk tetap memiliki kendali diri atas situasi apapun agar tidak berdampak pada kesehatan mental. ‘’Menjaga suhu tubuh tetap sejuk, menghindari aktivitas yang membuat cepat lelah, serta melakukan kegiatan menyenangkan untuk mengurangi stres,’’ pesannya.

Dokter Andri yang seorang piskiater sempat menjelaskan perbedaan kondisi gangguan jiwa ringan, sedang, dan berat. Gangguan jiwa ringan berupa perasaan sedih sehingga tidak ada nafsu makan karena merasa sangat kehilangan. Contohnya ketika orang yang disayangi meninggal dunia. ‘’Melalui mekanisme pertahanan jiwanya sendiri, kondisi seperti ini dapat sembuh tanpa harus mengkonsumsi obat. Dalam waktu dua sampai tiga minggu biasanya seseorang mulai bisa menerima kenyataan,’’ jelasnya.

Baca Juga: Gamelan Cokekan Miniatur Grup Karawitan, Sudah Terdaftar di UNESCO

Sedangkan gangguan jiwa sedang ditandai dengan kehilangan kepribadian sehingga sulit berkonsentrasi. Muncul keluhan sakit seperti pusing dan asam lambung meningkat. Penanganannya harus menggunakan obat atau menjalani psikoterapi. ‘’Tapi cukup dengan rawat jalan tanpa harus opname,’’ terangnya.

Beda kasus dengan gangguan jiwa berat ketika seseorang mengalami gangguan fungsi kepribadian dan perubahan perilaku akibat tidak mampu mengendalikan emosi. Bahkan, sering mengalami halusinasi, selalu curiga, dan sulit membedakan hal yang baik dan buruk. ‘’Perlu penanganan khusus supaya tidak memberontak dengan psikoterapi dan terapi psikososial,’’ ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *