Indonesia Setengah Gelap

Oleh Igoe Chaniago, Founder Fatherhood Community dan Ketua Komnas PA Kota Malang

Malang, serayunusantara.com – Tagar #Indonesia Gelap, kemarin viral di jagad raya bangsa ini. Tagar yang berawal dari cuitan netizen di platform X, kemudian menjadi gerakan mahasiswa serentak di beberapa wilayah Indonesia.

Namun, saya pribadi masih optimis. Bahwa Indonesia tidaklah gelap-gelap amat. Masih ada secercah harapan bahwa Indonesia bisa bangkit. Indonesia merupakan negeri gemah ripah loh jenawi. Yang punya potensi menjadi besar, asalkan dikelola dengan benar dan berada di tangan pemimpin yang tepat.

Memang agak pesimis, menyambut bonus demografi tahun yang akan mencapai puncak pada tahun 2030. Ketika jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) akan lebih banyak daripada penduduk tidak produktif. Dalam kondisi kelebihan working age pada masa bonus demografi.

Seharusnya sebuah bangsa yang mengalami bonus demografi akan memiliki kesempatan untuk menjadi bangsa yang besar. Namun gen Z yang akan menjadi penerus bangsa ini, ternyata generasi strawberry yang rapuh. Dari luar nampaknya bagus, cantik, merah merona, tapi dalamnya lembek ketika diberikan pressure.

Kemarin saya mendapat undangan dari Dinas Sosial untuk menjadi pemateri bersama Ketua KADIN di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, untuk sharing dengan para stake holder UDIKA (Dunia Industri dan Dunia Kerja). IDUKA adalah program integrasi kurikulum pendidikan dengan dunia industri dan dunia kerja.

Peserta diskusi adalah para HRD (Human Resources Development) yang menjadi mitra kerja universitas untuk menyelaraskan mahasiswa dan lulusan SMK agar siap diserap dunia kerja. Dan ada juga undangan dari unsur pengusaha.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Siapkan Kegiatan Religi bagi Siswa Selama Ramadan

Dalam diskusi tersebut, para HRD dan pengusaha ini mayoritas mengeluhkan generasi Z saat ini yang tidak punya etos kerja tinggi dan mudah sekali menyerah. Ketika bekerja di bawah tekanan, mereka lebih memilih resign untuk memilih pekerjaan yang lebih nyaman.

Sebelum negara Indonesia berdiri, Nusantara telah mengalami 2x bonus demografi : yaitu Zaman Sriwijaya pada abad 7 Masehi, dan Zaman Majapahit pada abad 14 Masehi. Siklus Bonus Demografi ini ternyata adalah siklus 7 abad bagi sebuah negeri, dan hanya berlangsung singkat dalam rentang 25 sampai 50 tahun lamanya.

Pada zaman Sriwijaya, Nusantara telah memanfaatkan kelebihan energi ini untuk menghadirkan kerajaan super power di Asia. Dimana kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan jalur pelayaran penting antara India dan Tiongkok, mengendalikan jalur perdagangan utama di wilayahnya hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Pada zaman Majapahit, Nusantara kembali memanfaatkan bonus demografi ini untuk menghadirkan kekuatan dominan Majapahit dan menjadi super power di dunia. Penaklukan Gajah Mada menguasai Madagascar bahkan Amerika Selatan adalah bukti besarnya energi generasi produktitf kerajaan Majapahit saat itu.

Maka, sebelum Indonesia belum benar-benar gelap. Mari perbaiki generasi produktif ini dengan segala daya upaya agar kita benar-benar memaksimalkan bonus demografi ini dengan nyata. Agar Indonesia, menjadi digdaya kembali seperti kegemilangan Nusantara zaman Sriwijaya dan Majapahit. (Dani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *