Jaga Ketahanan Pangan, Dispertapa Kabupaten Blitar Kendalikan Alih Fungsi Lahan

Petani yang memanen padi. (foto: pixabay)

Blitar, serayunusantara.com | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar terus berupaya menjaga ketahanan pangan. Salah satunya melalui pengendalian alih fungsi lahan.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Wawan Widianto mengatakan, kegiatan pemetaan perlindungan lahan pertanian pangan dimaksudkan agar lahan pertanian di Kabupaten Blitar tidak semakin berkurang.

“Saat lahan pertanian di Kabupaten Blitar masih luas, kita bisa menjadi salah satu wilayah penyangga pangan pada skala nasional,” katanya, Rabu (2/11/2022).

Menurut Wawan, saat ini luas lahan pertanian di Indonesia terus mengalami penurunan. Dia merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat sekitar 60.000 hektare lahan pertanian mengalami alih fungsi lahan.

Baca Juga : Ini Buktinya Dispertapa Kabupaten Blitar Siap Kembalikan Kejayaan Tembakau Selopuro

Baca Juga : Dispertapa Kabupaten Blitar Ajak Pelaku Bisnis Tanaman Pangan Penuhi Legalitas Usaha

Baca Juga : Melalui Kampung Pisang, Dispertapa Kabupaten Blitar Bantu Ekonomi Petani

Sedangkan di Kabupaten Blitar, kata dia, terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 1,022 hektare pada kisaran tahun 2019-2020. Salah satu penyebab utamanya adalah bertambahnya jumlah penduduk.

“Semakin banyak penduduk, kebutuhan ruang untuk hidup juga meningkat. Di sisi lain juga diiringi meningkatnya kegiatan ekonomi, terutama kegiatan industri, yang menyebabkan alih fungsi lahan semakin luas,” lanjut Wawan.

Wawan menambahkan, ada faktor lain yang menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang. Sebagai contohnya, ketidakmauan generasi muda untuk terjun di bidang pertanian.

“Sehingga para petani yang sudah tidak mampu lagi menggarap sawah, menjual lahannya untuk kegiatan non pertanian yang lebih menguntungkan,” imbuhnya.

Apabila hal itu terjadi, lanjutnya, Indonesia bisa mengalami ancaman krisis pangan, dan menjadi ancaman di masa depan. Akibatnya, Indonesia bisa menjadi negara yang mengimpor komodita pangan.

Oleh karenanya, agar ancaman itu tidak terjadi, Wawan berpesan kepada kaum muda untuk menjadi petani modern yang identik dengan petani organik. Sebab, peluangnya begitu besar.

“Apalagi sekarang ini telah didukung dengan sarana prasarana yang juga serba modern, adanya kecanggihan teknologi, platform-platform digital untuk pemasaran,” tandasnya.(adv/jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *