Malang, serayunusantara.com – Kemacetan di Kota Malang tampaknya kian parah dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah ruas jalan utama seperti Rampal – Gadang – Kacuk – Kebon Agung menjadi titik paling padat, terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kerja.
Arus kendaraan mengular panjang hingga berkilometer, menyebabkan waktu tempuh meningkat tajam dan membuat warga semakin resah.
Dari pantauan di lapangan, antrean kendaraan terlihat menumpuk sejak pagi hingga menjelang malam. Jalan-jalan alternatif yang selama ini menjadi andalan warga pun tak lagi mampu menampung volume kendaraan yang terus meningkat. Aktivitas ekonomi dan mobilitas warga pun ikut terganggu.
Salah satu warga, Junaidi (38), mengungkapkan keluhannya saat ditemui di kawasan Kacuk.
“Wah ini macet banget, Pemkot atau Pemkab harus segera berbenah bila ingin warganya merasa nyaman dan mudah dalam berkendara di kawasan Malang,” ujarnya dengan nada kesal.
Baca Juga: Yatim Mandiri Kepanjen Salurkan Bantuan Sosial untuk Warga Pagedangan Turen Malang
Menurut Junaidi, kondisi ini sudah berlangsung cukup lama tanpa ada solusi yang nyata dari pemerintah daerah. Ia berharap ada langkah konkret, mulai dari penataan ulang jalur lalu lintas, perbaikan infrastruktur, hingga pembatasan kendaraan berat yang melintas di jam sibuk.
Kemacetan di wilayah selatan Kota Malang ini memang bukan hal baru. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tak sebanding dengan kapasitas jalan, ditambah kurangnya area parkir dan proyek pembangunan yang belum rampung, menjadi faktor utama penumpukan kendaraan.
Pemerhati transportasi lokal menilai, perlu adanya sinergi antara Pemkot Malang, Pemkab Malang, dan pemerintah provinsi dalam mengatasi masalah ini. Penerapan manajemen lalu lintas modern dan transportasi publik yang efisien dinilai menjadi kunci untuk mengurai kepadatan yang semakin parah.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Kota Malang terkait rencana penanganan kemacetan di ruas tersebut. Namun, warga berharap agar persoalan ini tidak lagi diabaikan, mengingat dampaknya sudah langsung dirasakan oleh masyarakat setiap hari. (Serayu)












