Kabid Ketahanan Pangan DKPP Kabupaten Blitar Wita Tri Wardani bersama tim dari KWT Mekar Jaya dari Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. (Foto: Dok. DKPP Kabupaten Blitar)
Blitar, serayunusantara.com – Ada salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Blitar yang berhasil mengharumkan nama Bumi Penataran. KWT Mekar Jaya berhasil menghadirkan budaya baru dan prestasi bagi warga Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Hal tersebut terjadi ketika DKPP Kabupaten Blitar mengadakan Pelatihan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) disertai pendampingan intensif sepanjang 2021-2022.
Usaha tersebut membuahkan hasil yang maksimal, KWT Mekar Jaya berhasil meraih juara pertama dalam perlombaan Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah dan Olahan Pangan Lokal yang diadakan Pimpinan Pusat Aisyiyah pada 2022.
Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan DKPP Kabupaten Blitar, Wita Tri Wardani mengungkapkan, bahwa sampai hari ini KWT Mekar Jaya masih eksis dan menginspirasi masyarakat, khususnya di wilayah Kecamatan Srengat.
Wita mendorong KWT-KWT yang lain di Kabupaten Blitar untuk membuat inspirasi serupa seperti yang dilakukan KWT Mekar Jaya. Sehingga bisa memberikan manfaat dan membuat harum nama Kabupaten Blitar.
“Sampai sekarang aktivitas di sana masih tetap. Membudidayakan sayur yang utamanya untuk kebutuhan keluarga, dan sisanya untuk dijual,” kata Wita, Kamis, 4 April 2024.
Pihaknya juga mengaku bahwa hal serupa juga sudah dilakukan di banyak daerah lain di Kabupaten Blitar. Namun memang masih banyak masyarakat di daerah rawan pangan yang masih belum memaksimalkan potensinya.
“Kami terus berusaha untuk memberikan peran pendampingan dan peningkatan secara maksimal, namun memang ada saja yang terkadang masih terkesan menyepelekan,” ujar Wita.
Baca Juga: Penyuluh Pertanian di Kabupaten Blitar Didorong untuk Inovatif Sikapi Kelangkaan Pupuk
Ia berharap, dari pihak masyarakat dapat memaksimalkan peluang, bantuan, pelatihan, dan pendampingan dengan sebaik-baiknya. Karena nanti jika berhasil, masyarakatlah yang memetik hasilnya.
“Jika masyarakat dapat memaksimalkan pelatihan, bantuan, dan terus berkoordinasi dengan kami, bukan tidak mungkin, dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang tidak terpakai dapat membantu perekonomian masyarakat tersebut,” tutur Wita. (adv/jun)