Legenda Ringin Sirah di belakang Kediri Mall

 

 

Legenda Ringin Sirah di belakang Kediri Mall

Kediri, serayunusantara.com| Kawasan Pasar Raya Sri Ratu atau yang sekarang dikenal dengan Kediri Mall ternyata memiliki cerita rakyat di kalangan masyarakat Kediri. Dalam keseharian mereka sering menyebut Kawasan tersebut dengan sebutan Ringin Sirah. Sebutan ini diambil lantaran terdapat sebuah pohon beringin besar di tengah lapangan. “Pohon beringin itu besar sekali, dulu letaknya di selatan gedung sekolah yang sekarang telah digusur menjadi Kediri Mall,” kata warga setempat.

Dulu lapangan ini cukup terkenal di kalangan warga sekitar karena sering digunakan untuk pagelaran seni tradisional. Salah satu kelompok kesenian tradisional yang pernah pentas di kawasan tersebut adalah kelompok ketoprak Siswo Budoyo.

Namun, selain terkenal sebagai tempat pentas kesenian tradisonal, ternyata Ringin Sirah memiliki cerita rakyat tersendiri. Konon nama Ringin Sirah diambil dikarenakan dulu Belanda menguburkan kepala Boncolono atau yang dikenal dengan Ki Ageng Gentiri tepat di bawah pohon beringin tersebut, sedangkan badannya dimakamkan di atas bukit Mas Kumambang.

Menurut beberapa sejarahwan, Ki Ageng Gentiri dan Boncolono adalah orang yang sama. Dia adalah salah seorang pembangkang yang menolak tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda. Ki Ageng Gentiri sering disebut sebagai Robin Hood nya masyarakat kediri saat itu, hal ini lantaran Ki Ageng Gentiri kerap mencuri atau merampok harta milik Kolonial dan membagikan hasil curian atau rampokan mereka kepada masyarakat miskin pribumi.

baca juga :

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Wibowo mencopot Kapolda Jawa Timur

Selama menjalankan aksinya, Ki Ageng Gentiri tidaklah sendiri. Ki Ageng Gentiri kerap mengajak temannya Tumenggung Mojoroto dan Poncolono untuk melaksanakan aksinya. Mereka sama-sama tidak suka dengan orang Belanda yang begitu kejam dan sewena-wena terhadap kaum pribumi.

Karena dianggap meresahkan, akhirnya pemerintah Belanda mengadakan sebuah sayembara. Siapapun yang bisa membunuh Ki Ageng Gentiri maupun komplotannya akan mendapatkan hadiah. Hal ini memicu banyak tokoh dan pendekar lokal memburu Ki Ageng Gentiri dan komplotannya. Tetapi usaha meraka selalu gagal lantaran konon katanya Ki Ageng Gentiri memiliki ilmu Pancasona.

Di akhir cerita, akhirnya Ki Ageng Gentiri berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman penggal. Kepala Ki Ageng Gentiri harus di penggal dan dipisahkan dari badannya dengan batas sungai brantas. Hal ini dilakukan lantaran Ki Ageng Gentiri dikatakan memiliki ilmu pancasona, yang mana bila kepala terpenggal konon bisa tersambung kambali.

Akhirnya kepala Ki Ageng Gentiri ditanam di bawah pohon beringin yang sekarang dikenal dengan Ringin Sirah, sedangkan badannya dibuang di atas bukit Mas Kumambang.

Beberapa sejarahwan belum bisa memastikan, apakah kuburan yang ada di bawah pohon beringin itu adalah benar berisi kepala Ki Ageng Gentiri atau bukan, sebab kisah serupa juga terjadi di beberapa kota di Indonesia. Cerita heroik tentang sepak terjang maling yang mencuri harta dari kolonial Belanda untuk pribumi miskin, sehingga mereka lebih sepakat menyebut cerita ini sebagai ketegori legenda. (FAK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *