Rahmat Santoso mulai turun Dapil, hadiri tayuban di Bojonegoro. (Foto: IST)
Bojonegoro, serayunusantara.com – Rahmat Santoso langsung tancap gas usai mengajukan pengunduran diri sebagai Wakil Bupati (Wabup) Blitar. Rahmat memilih bertarung sebagai Caleg DPR RI lewat Partai Amanat Nasional (PAN).
Minggu (21/8/2023), Rahmat Santoso mulai turun ke Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim IX (Bojonegoro dan Tuban), salah satunya hadir dalam kegiatan tayuban yang digelar masyarakat Bojonegoro.
Dia tampak membaur bersama warga dalam pertunjukan kesenian tayub di Kecamatan Kepuhbaru, Bojonegoro. Dia berangkat dari Blitar setelah membuka kontes domba dan acara 17 Agustusan.
Terlihat, Rahmat hadir bersama Ketua DPD PAN Bojonegoro, Lasuri yang juga menjabat Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro. Hadir pula Sekertaris DPD PAN Bojonegoro, Sampurna dan Nadhima Fitrangga, Caleg DPRD Jatim Dapil Bojonegoro-Tuban.
Ditanya soal kehadirannya dalam pertunjukan tayub, Rahmat menuturkan seni budaya tradisional ini menjadi ciri khas masyarakat Bojonegoro.
“Sampai sekarang tradisi tayub masih terjaga, ini tentu harus kita apresiasi dan terus dijaga,” ucap Rahmat yang juga menjabat Ketua Umum DPP Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI).
Kepedulian Rahmat terhadap seni budaya tradisional tidak hanya di Bojonegoro. Selama menjabat Wabup Blitar, dia juga gemar menonton pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Baca Juga: Pingin Awet Muda dan Disayang Suami, Mbelik Lonthe di Blitar Dipercaya Bisa Jadi Solusi
Bahkan, Rahmat juga turut andil dalam membawa seni tari Blitar go international dengan tampil di Brunei Darussalam belum lama ini.
“Tayub Bojonegoro punya ciri khas sendiri, baik gerakan maupun musiknya. Tentu kita akan dorong lagi, kesenian-kesenian tradiosional seperi tayub ini bisa berkembang dan membawa harum nama Bojonegoro baik di level nasional maupun internasional,” ucap Rahmat.
Ditambahkan Rahmat, selain bisa membanggakan daerah Bojonegoro, kesenian tayub atau bisa disebut tayuban memiliki makna mendalam yakni menjalin kerukunan. Tayub sendiri berasal dari kata tata dan guyub.
“Tayub memiliki simbol yang bermakna tentang pemahaman kehidupan yang punya bobot filosofis tentang jati diri manusia, sehingga tari tayub mengandung nilai-nilai kebudayaan yang positif dan harus tetap dilestarikan,” tandasnya. (jun)