Kepala DKPP Kabupaten Blitar Toha Mashuri. (Foto: Serayu Nusantara)
Blitar, serayunusantara.com – Tingginya harga beras dalam skala nasional, atau bahkan di wilayah Jawa Timur (Jatim) membuat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar tidak tinggal diam. Ada imbauan penting yang disampaikan kepada petani.
Harga beras masih tergolong tinggi. Dari data yang dilansir dari laman Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bappenas) RI harga eceran beras premium per satu kilogram di wilayah Jatim mencapai Rp.14.500.
Menyikapi hal tersebut, Kepala DKPP Kabupaten Blitar Toha Mashuri mengimbau kepada petani untuk lebih bijak dalam melihat tingginya harga beras di wilayah Jatim. Petani harus mengetahui kapan waktu yang tepat dalam menjual gabah hasil panen di sawah.
Meskipun begitu, mereka juga harus melihat kondisi diri sendiri. Misalnya mempertahankan hasil panennya untuk kebutuhan sendiri saat kebutuhan rumah tangga belum tercukupi. Kalau terdapat gabah atau beras yang sisa baru bisa dijual.
Dalam menjualnya pun petani harus menentukan waktu yang tepat. Waktu yang pas untuk menjual gabah ialah saat harga gabah masih tinggi. Sehingga bisa menekan harga beras yang beredar di pasaran agar berangsur-angsur turun.
“Kalau sistem seperti itu sudah terbangun, ketahanan pangan di tingkat keluarga petani bisa berjalan. Di sisi lain bisa menurunkan harga beras yang sekarang ini masih tinggi,” kata Toha, Jumat, 19 April 2024.
Selain itu, para petani juga terus didorong untuk menanam tanaman padi. Semakin banyak petani yang menanam padi, maka semakin banyak pula panen yang didapatkan. Imbasnya, stok beras di pasar menjadi melimpah.
“Hukum ekonomi berlaku. Minimnya stok kemudian ditambah tingginya permintaan membuat harga melambung tinggi. Begitu juga sebaliknya, banyaknya stok bisa membuat permintaan menurun dan menekan harga,” jelasnya.
Toha menjelaskan, ada dua program lain yang saat ini juga tengah dijalankan DKPP Kabupaten Blitar untuk membantu petani, terutama yang menanam padi. Pertama, percepatan tanam. Kedua, pompanisasi.
Program percepatan tanam dilakukan agar lahan yang digarap petani tidak menganggur terlalu lama. Sehingga bisa secepat mungkin ditanami tanaman padi.
“Kemudian untuk yang pompanisasi untuk membantu irigasi petani. Terutama di wilayah-wilayah yang kesulitan mendapatkan air untuk lahannya,” jelasnya. (adv)