Blitar, serayunusantara.com — Memasuki awal musim hujan, kebiasaan mahasiswa di Kota Blitar tampaknya mengalami pola yang cukup menarik: semakin malas keluar rumah, semakin laris mie instan di kos-kosan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di wilayah kampus besar, tetapi juga di area pemukiman mahasiswa seperti Sananwetan dan Kepanjenkidul.
Hujan deras yang hampir turun setiap sore membuat banyak mahasiswa enggan meninggalkan kamar, apalagi sekadar membeli makan.
Mie instan akhirnya menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa” yang selalu tersedia di rak, siap direbus kapan saja tanpa perlu berinteraksi dengan basahnya dunia luar.
Di salah satu kos kawasan Bendogerit, seorang mahasiswa bernama Yuda (21) mengaku sudah mempersiapkan strategi bertahan hidup musim hujan.
Baca Juga: Waspada Musim Hujan: Kios di Kota Blitar Pasang Peringatan Lantai Licin Demi Keselamatan Pelanggan
“Kalau hujan ya sudahlah, mie instan penyelamat. Mau makan panas, tinggal rebus. Mau makan kering, tinggal giling airnya. Praktis, cepat, murah. Yang penting kenyang,” tuturnya sambil tertawa pasrah.
Fenomena ini juga terlihat dari meningkatnya pembelian mie instan di warung-warung sekitar kampus. Beberapa pemilik warung menyebutkan bahwa penjualan mie instan meningkat drastis setiap kali hujan turun.
Mahasiswa, menurut mereka, lebih memilih menumpuk stok daripada harus menyeberangi genangan air untuk mencari nasi pecel atau ayam geprek.
Dengan harga yang terjangkau, proses masak yang singkat, dan rasa yang nyaris universal, mie instan kembali membuktikan dirinya sebagai sahabat paling setia mahasiswa.
Terutama ketika hujan mendadak mengubah jalanan menjadi lautan tipis kenangan dan kubangan malas bergerak.
Musim hujan mungkin membuat sebagian aktivitas tersendat, namun bagi mahasiswa, yang penting perut tetap aman dan nyaman—meski hanya ditemani semangkuk mie instan di tengah derai hujan. (Serayu)









