Blitar, serayunusantara.com — Mi instan adalah makanan darurat yang digemari banyak kalangan, namun seringkali diselimuti berbagai mitos kesehatan.
Penting bagi konsumen untuk membedakan antara fakta nutrisi mi instan dan spekulasi yang beredar di masyarakat.
Fakta: Mi instan, meskipun tinggi karbohidrat, umumnya sangat rendah serat, protein, vitamin, dan mineral. Kandungan utamanya adalah tepung terigu, minyak, dan garam.
Selain itu, bumbu mi instan mengandung kadar natrium (garam) yang sangat tinggi. Konsumsi berlebihan dapat memicu peningkatan risiko tekanan darah tinggi dan masalah jantung.
Mitos: Mitos populer yang mengatakan mi instan mengandung lapisan lilin yang menyebabkan penyakit parah adalah tidak benar.
Mi instan dikeringkan melalui proses penggorengan atau pengeringan udara (air-dried) tanpa menggunakan lilin. Adanya “lilin” adalah ilusi yang terjadi karena lapisan minyak yang digunakan saat proses penggorengan.
Seorang ahli gizi dari Blitar, Dr. Rina Kusuma, menyarankan konsumsi yang bijak.
Menurutnya, mi instan boleh dikonsumsi sesekali, tapi jangan dijadikan makanan pokok. Jika ingin lebih sehat, tambahkan protein seperti telur dan sayuran segar.
“Yang paling penting, batasi penggunaan bumbu instan dan jangan minum kuahnya hingga habis untuk mengurangi asupan natrium,” jelas Dr. Rina. (Fis/Serayu)












