Usai Atasi Stunting dengan Berbagai Pelatihan, DKPP Kabupaten Blitar Kampanyekan Stop Boros Pangan

Salah satu lahan yang dikelola KWT di Kabupaten Blitar. (Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)

Blitar, serayunusantara.com – Banyak cara yang digunakan untuk mengatasi masalah stunting. Tidak hanya melalui beragam pelatihan, bisa juga menghentikan boros pangan atau stop boros pangan.

Hal itu seperti yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar. Setelah selesai atasi stunting dan rawan pangan dengan pelatihan-pelatihan, mereka mengkampanyekan dan membagikan tips untuk stop boros pangan.

Stop boros pangan merupakan gerakan yang dikampanyekan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas). Kemudian program ini diteruskan oleh kedinasan terkait yang berada di kabupaten atau kota.

Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan DKPP Kabupaten Blitar, Wita Tri Wardani menjelaskan, bahwa gerakan stop boros pangan ini sudah mulai berjalan di Kabupaten Blitar dalam bentuk sosialisasi. Sehingga masyarakat perlu mempraktekkannya usai mendapatkan sosialisasi.

“Untuk gerakan stop boros pangan, sampai hari ini kami hanya dapat mensosialisasikannya ke sekolah-sekolah yang utamanya mendapatkan program Genius,” tutur Wita, Selasa, 23 April 2024.

Kabid Ketahanan Pangan DKPP Kabupaten Blitar, Wita Tri Wardani. (Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)

Ia menjelaskan, bahwa terdapat beberapa kendala yang utamanya terkait pendanaan, sehingga kurang maksimalnya gerakan ini di Kabupaten Blitar. Meski demikian, pihaknya mengaku sudah berusaha semaksimal mungkin agar kegiatan ini bisa berjalan dengan baik.

“Seharusnya, peserta sosialisasi kampanye stop boros pangan adalah pelaku-pelaku usaha makanan, hotel-hotel, dan instansi yang berpotensi banyak di dapati makanan yang tidak habis untuk dikemas kembali kemudian disalurkan pada yang membutuhkan,” ungkapnya.

Baca Juga: Maksimalkan Program Percepatan Tanam, Mantri Tani Dapat Tugas Khusus dari DKPP Kabupaten Blitar 

Wita mengatakan bahwa di kota-kota besar sudah menerapkan sistem yang seperti itu dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menjadi relawan untuk mengambil, mengemas, dan menyalurkan kepada yang membutuhkan.

“Dengan segala keterbatasan yang ada, kami tetap mengkampanyekan dengan maksimal kepada siswa di sekolah dasar. Kami tanamkan budaya untuk mengambil dan makan secukupnya saja, sehingga tidak membuang makanan dengan percuma,” ujar Wita.

Lebih lanjut, Wita membagikan beberapa tips mengurangi boros pangan, diantaranya adalah menyusun rencana menu makanan keluarga, belanja sesuai kebutuhan, dan menyimpan dengan baik bahan makanan sesuai karakternya. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *