PMII Blitar Ajak Nahdliyin Jaga Toleransi Umat Beragama saat Bulan Ramadhan

Blitar, serayunusantara.com – Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar, Muhammad Thoha Ma’ruf mengajak Nahdliyin di Bumi Penataran untuk menjaga toleransi umat beragama selama bulan suci Ramadhan.

Ma’ruf beralasan, momentum bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang berkah bagi umat muslim. Karenanya, umat muslim bakal menjadikan ajang perlombaan untuk berbuat kebaikan selama bulan Ramadhan.

Meskipun berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kata dia, umat muslim juga harus tetap menghargai orang yang beragama non Islam serta mempunyai keyakinan sendiri. Sehingga semua elemen masyarakat beragama bisa beraktivitas sehari-hari dengan tenang.

Baca Juga: Usai Dilantik Kopri PC PMII Surabaya Siap Berikan Wajah Baru

Pria yang pernah menjadi Ketua Komisariat PMII Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar 2020-2021 ini mencontohkan toleransi yang bisa dijaga saat momentum bulan puasa. Salah satu contohnya terkait warung makanan dan restoran yang harus menyesuaikan keadaan bulan Ramadhan.

“Kalau bulan puasa, ya warung itu tidak buka 100 persen. Artinya, hanya buka separoh pintunya atau tirai warungnya, agar orang muslim yang berpuasa bisa menjalankan ibadah dengan tenang, tanpa tergoda makanan di warung,” kata dia, Rabu (22/3/2023).

Ma’ruf menambahkan, contoh yang lain ialah saat pelaksanaan tadarus Al-Qur’an di malam hari. Umat Islam harus mengecilkan volume pengeras suara saat membaca Al-Qur’an di masjid ataupun musala saat memasuki waktu tengah malam.

“Kalau tadarus di bulan puasa itu ya harus mengetahui waktunya. Dibatasi penggunaan pengeras suaranya. Saat jam 10 malam ke atas, kalau bisa tidak usah memakai pengeras suara. Itu bisa diterapkan untuk menjaga toleransi antar umat beragama,” tandasnya.

Selain itu, menurut mahasiswa jebolan Fakultas Pertanian Unisba Blitar ini, bagi masyarakat yang melakukan ronda malam menggunakan pengeras suara juga harus menghargai masyarakat yang sedang beristirahat.

“Jangan sampai, niatnya membangunkan orang untuk sahur, tapi malah membuat jengkel orang, karena suara sound system yang terlalu keras. Lebih baik memakai ronda tradisional saja, yang penting bagaimana orang bisa bangun untuk sahur,” pungkasnya. (jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *